Nadhaskara: Lewat Makjegagigs Kami Ingin Dekat dengan Masyarakat

Dok. Imanuela Dhimas

Makjegagigs merupakan cara Nadhaskara untuk dekat dengan para penikmat musik Nusantara


Kalau kalian pikir musik tradisional nusantara membosankan? Berarti kalian harus kenalan dengan Nadhaskara. Band dari sisi selatan Yogyakarta ini dibentuk pada pertengahan bulan Desember 2020 di Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Bisa dibilang mereka merupakan band yang unik.

Mereka memadukan alat musik tradisional seperti saron, gamelan, suling, gendang, dengan alat musik elektronik seperti gitar, drum, keyboard, synthesizer, dan bass. Gabungan antara instrumen dan vokal tradisi dengan sentuhan modern menjadi modal utama Nadhaskara dalam berkarya.

Nadhaskara menyepakati, dalam berproses kreatif genre combonik adalah istilah yang menjadi payung Nadhaskara .

Para personil Nadhaskara (Punggawa Nadhaskara) juga tidak main -main secara prestasi.

Misalnya, Anting Lambangsih sebagai vokal. Ia memiliki prestasi sebagai salah satu top 6 Liga Dangdut Indonesia 2021, juara 3 cipta lagu Kabupaten Kediri, juara 1 macapat Kabupaten Kediri, juara 3 Qosidah Kabupaten Kediri, dan juara 3 menyanyi solo di Kabupaten Kediri. 

Selanjutnya, Shandro Wisnu yang memainkan gamelan. Ia memiliki prestasi yaitu, 10 besar lomba aransemen musik nusantara cinta Indonesia 2020, juara 1 penata musik lomba karawitan Olimpiade Pariwisata #6 2017, penata musik Duta Seni Jawa dan Bali DIY 2016, dan penata iringan terbaik Festival Sendratari 2014. 

Masih dari posisi gamelan, Agung Nugroho memainkan gamelan bersama dengan Shandro Wisnu. Agung Nugroho memiliki prestasi yaitu, juara 1 penata iringan terbaik tari Lampor, Malang, Jawa Timur 2017, juara 1 penata iringan tari Holobis, Festival Tungguk Tembakau Boyolali 2017, juara 1 penata iringan tari Mahalsa, Padang 2020, dan juara 1 penata iringan tari Dewi Sri MMTC Fest 2018. 

Lalu ada Yayan Padz yang memainkan keyboard.  Ia memiliki prestasi yaitu, 1st winner Melodia Music Arrangement Challenge 2018. Prestasi tersebut dijadikan bekal Yayan Padz untuk membuat musik Nadhaskara mulai dari take dan mixing 

Kemudian, ada Ryan Pianos yang memainkan keyboard bersama dengan Yayan Padz. Prestasi Ryan Pianos justru terbalik dengan apa yang ia mainkan di Nadhaskara, prestasinya antara lain juara 3 gitar klasik provinsi DIY dan juara 1 solo gitar klasik Kabupaten Gunungkidul. 

Ada juga Afriansyah “Deden” Thamrin yang memainkan gitar. Ia memiliki prestasi yaitu, juara 2 musik daerah, Kalimantan Timur 2009, juara 2 lagu daerah festival kemilau budaya, Kalimantan Timur 2012, dan gitaris terbaik Berau Band Competition 2013. 

Lanjut, ada Rafael Devano yang memainkan bass. Rafael Devano memiliki prestasi sebagai bassist terbaik liga musik kampus 2020 dan juara 3 nasional Pucuk Cool Jam 2019. Ia juga pernah perform bersama Dr. Tompi di Prambanaan Jazz Cafe.

Lalu, Risky Alan didapuk sebagai drummer. Karena kecekatannya dalam memukul drum, Risky Alan menjadi salah satu drummer yang di endorse oleh Tama Drum Indonesia. Saat Makjegagigs, Risky Alan belum pulih sepenuhnya karena sebelumnya ia sempat mengalami kecelakaan, tapi penampilannya saat Makjegagis tetap wangun juga. 

Terakhir ada Ahmad Ikhwanul Ikhsan, di Nadhaskara ia memainkan instrumen kendang. Kendang tentunya instrumen paling akrab di telinga masyarakat Indonesia. Pukulan kendang yang dihasilkan menambah keseruan Makjegagigs saat itu. Melihat dari postingan Instagram-nya Ahmad Ikhwanul Ikhsan, ia sering perform baik gigs – gigs, weddingan, dan sebagainya. 

Makjegagigs

Tahun lalu tepatnya pada tanggal 4 Desember 2021, Nadhaskara tampil  di acara grand opening Festival Kuliner yang diadakan di Pasar Gabusan Bantul, Yogyakarta. Hadirnya Nadhaskara di tengah-tengah acara tersebut tentu secara tiba-tiba, wong namanya juga Makjegagigs.

Makjegagigs merupakan serapan dari bahasa Jawa yaitu makjegagik yang artinya keterkejutan sesaat ketika berhadapan dengan obyek lain secara sontak dan frontal, dan keterkejutan tersebut berpihak pada subyeknya.

Serapan tersebut diubah Nadhaskara dari makjega-gik menjadi makjega-gigs. Gigs sendiri merupakan acara musik dengan skala kecil. Setiap gigs biasanya cuma fokus ke 1 genre saja.

Jadi bisa dibilang seperti intimate session karena setelah acara selesai, kalian bisa ngobrol bareng sama musisinya. Makjegagigs sendiri hampir sama dengan Suddenly Gigs, tapi bedanya Makjegagigs versi Nadhaskara bisa dibilang hanya Nadhaskara saja yang perform, Sedangkan Suddenly Gigs ada beberapa band yang perform.

Di sela latihan Yayan Padz mengatakan, Makjegagigs ini sebagai bentuk yang ingin mereka tunjukan. Proses mereka secara langsung dari awal kukut-kukut alat, setting alat, latihan, hingga perfom di depan masyarakat yang hadir saat grand opening tersebut yang ingin mereka tunjukkan.

Makjegagigs merupakan cara Nadhaskara untuk dekat dengan para penikmat musik Nusantara. Saat Makjegagigs kemarin, Nadhaskara membawakan beberapa lagu antara lain Overture, Lalu, Jenang Gulo, Kopi Dangdut, dan Grajakan Banyuwangi.

Teman-teman yang ingin juga bisa menikmati beberapa karya mereka lewat akun Instagram @nadhaskara, YouTube Nadhaskara, dan akun Spotify NADHASKARA. 

“Harapannya semoga Makjegagigs bisa diterima baik dan positif di masyarakat sekitar. Bagi kami sendiri Makjegagigs bisa dibilang proses yang sangat unik dan harapannya ke depan bakal ada Makjegagigs–Makjegagigs lainnya,” tandas Yayan Padz.

 

Editor: Tim Editor Sudutkantin.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts