Pertunjukan ‘Terawang Ambang’: Menjelajahi Kemungkinan dan Integrasi Fotografi Lintas Media  

Pertunjukan multimedia “Terawang Ambang” dihadirkan bukan hanya sebatas merajut elemen fotografi lintas media, tetapi juga untuk merasakan pengalaman seni yang mendalam.

Mendekati penghujung tahun 2023, PSBK (Padepokan Seni Bagong Kussudiardja) menutup akhir tahun dengan salah satu programnya yakni Dialog Lensa. Ini merupakan sebuah platform presentasi fotografi yang memungkinkan untuk memadukan praktik seorang fotografer dengan musisi, editor video, dan kreator lainnya. Hal tersebut bertujuan dalam mengeksplorasi proses kreatif fotografi yang dikolaborasikan dengan lintas disiplin lainnya, sehingga publik mampu membaca dan menilai suatu karya fotografi yang dihadirkan dalam format presentasi multimedia.    

Pada edisi Dialog Lensa kali ini menghadirkan sebuah pertunjukan multimedia dengan tajuk “Terawang Ambang” yang mencoba untuk membawa kita dalam hamparan kontestasi ruang yang diabadikan oleh Kurniadi Widodo atau kerap disapa Wid, sebagai seorang fotografer dalam melihat fenomena sekitarnya. Sehubungan dengan hal itu, para kreator lainnya yang terlibat mencoba untuk merespons foto-foto yang dihasilkan Wid untuk diproyeksikan pada panggung pertunjukan. Misalnya seperti praktik Ari Ersandi yang merespons foto-foto tersebut dengan gerakan-gerakan performatif. Begitu juga dengan Hengga Tiyasa yang mengkomposisikan alunan musik mengiringi performer dan setiap foto-foto yang telah disunting oleh Aditya Kresna ke dalam bentuk video.

Karya foto yang ditampilkan merupakan hasil praktik yang dilakukan Wid dari tahun 2009 sampai 2023. Foto-foto tersebut kemudian dikurasi kembali oleh Arif Furqan sebagai kurator foto untuk menggali dan menarik benang merah dari foto yang terpilih. Tidak hanya Arif, pada program Dialog Lensa juga melibatkan Teguh Hari sebagai kurator dalam pertunjukan multimedia “Terawang Ambang”.

Pada proyek kolaboratif ini, dinilai mampu membangun pengalaman estetik inderawi dari sepasang mata dan telinga yang diajak untuk menangkap setiap bagian artistik yang dihadirkan, baik itu dari visual fotografi, performatif, dan musik yang mengiringi keduanya.

dok. PSBK/Sito Adhi Anom

Narasi Foto pada Terawang Ambang

Audiens diajak untuk melihat dan membaca foto-foto yang dihasilkan oleh Wid dengan berbagai kepentingan dari proyek personalnya. Foto-foto tersebut seakan dijahit kembali untuk mengkomunikasikan satu narasi utuh yang merumuskan kecenderungan dari praktik yang dilakukan. Kita kemudian dihadapkan dengan hamparan lanskap ruang dan tempat sebagai penanda atas jejak kehidupan yang dinamis. Ruang-ruang yang jauh dari keramaian dan membentuk personifikasinya sendiri. Lalu, beberapa kali dihadirkan hasil penelusuran Wid dalam merekam objek-objek temuan yang terkontruksi “absurd” sebagai tanda simbolik atas peristiwa yang terjadi di tengah kehidupan manusia di sekitarnya.        

Adapun benang merah yang dapat ditarik ialah kontestasi ruang, Wid mencoba untuk menjelajahi ruang-ruang baru selama rentang praktik berkaryanya yang searah dengan jalur pembangunan. Seperti yang dituliskan oleh Arif Furqon, 

… melalui citra lanskap yang janggal dan tidak utuh, karyanya merekam ambang peralihan menuju ‘proses’ pembangunan atau menuju ‘jejak reruntuhan’. Siklus keduanya menjadi metafora mengenai proses yang tak pernah selesai dan tak pernah utuh.” 

Dalam hal ini, Arif membangun satu narasi dari proyek-proyek foto yang dikerjakan oleh Wid, yakni gagasan pembangunan. “Terawang Ambang” diproyeksikan untuk mewakili narasi tersebut yang memungkinkan sebagai refleksi atas kondisi pembangunan yang tidak pernah selesai dan tidak pernah utuh pada tempat-tempat pinggiran yang jauh dari wilayah urban yang ramai.

Upaya Mencairkan Batasan pada Media

Kolaborasi lintas media merupakan upaya dalam pengembangan artistik yang memungkinkan untuk menjelajahi serta menemukan paduan yang mampu mencairkan batasan pada media. Sehubungan dengan hal itu kolaborasi lintas media menjadi tantangan bagi para praktisi untuk melakukan eksplorasi kreativitas yang dapat membangun pengalaman estetis dengan lebih kaya dan mendalam bagi audiens. Tidak hanya itu, akan tetapi juga sebagai pemberian pesan yang lebih kompleks. 

Melalui aspek tersebut merupakan suatu tantangan program Dialog Lensa pada edisi “Terawang Ambang” dalam upaya melakukan praktik kolaborasi lintas media. Perpaduan antara fotografi, musik, dan performance yang ketiganya memiliki citra artistiknya masing-masing digabungkan menjadi satu elemen sebagai pertunjukan multimedia. Melalui proyek tersebut membawa kita untuk melihat bagaimana sebuah media dapat di kembangkan melalui pendekatan holistik yang mampu membuka peluang untuk penemuan baru dalam mengembangkan penyajian sebuah karya, khususnya pada karya fotografi.

Pada pertunjukan multimedia “Terawang Ambang” performance yang dilakukan oleh Ari Ersandi berangkat dari perspektifnya dalam merefleksikan foto-foto Wid yang telah di kurasi oleh Arif, tentunya hal ini merupakan proses dan praktik yang sedikit kurangnya dapat menjawab integrasi antara karya fotografi dan performans yang mampu dibalut dan dipresentasikan secara atraktif.

dok. PSBK/Sito Adhi Anom

Begitu juga yang dilakukan oleh Hengga Tiyasa dengan menciptakan alunan musik yang melengkapi keheningan dari fotografi yang diam dan performer yang kinestetik. Musik yang dihasilkan oleh Hengga membangun ragam alunan mengikuti nuansa dari paduan antara foto dan performer. Di awal, kita akan mendengar komposisi musik yang tenang tapi membangun ketegangan dan adrenalin. Namun pada akhir pertunjukan nuansa yang diberikan lebih romantik, ceria, dan menggugah semangat. Sehingga ketika semua elemen tersebut digabungkan mampu menghadirkan sebuah presentasi multimedia yang kompleks dan multidimensional.

Inisiasi PSBK menghadirkan program Dialog Lensa merupakan salah satu upaya yang layak diberikan apresiasi. Utamanya dalam pengembangan presentasi karya fotografi dalam bentuk yang lebih cair melalui kolaborasi lintas media. Pada edisi “Terawang Ambang” dengan mengkolaborasikan fotografi, musik, dan performance yang dapat menciptakan sebuah ruang ekspresi seni yang dinamis dan multidimensional.

Melalui integrasi ketiga elemen tersebut kita diajak untuk melihat sebuah proses dalam merangkai narasi visual, auditori, dan perofrmatif dalam satu karya holistik. Proyek fotografi dari Kurniadi Widodo memberikan fondasi visual yang kuat, menangkap citra lanskap dengan pendekatan estetika yang unik. Alunan musik yang diciptakan oleh Hengga Tiyasa membangun dimensi auditori yang melengkapi pengalaman estetis, menciptakan atmosfer, dan memperkaya ekspresi artistik. Lalu, performance yang dihadirkan oleh Ari Ersandi dengan gerakan dan ekspresi fisik dinilai mampu membuat karya lebih hidup dan menjalin keterlibatan yang lebih erat dengan penonton. 

Dalam hal ini, penonton tidak hanya sebatas menyaksikan sebuah pertunjukan semata, melainkan melibatkan mereka dalam sebuah perjalanan sensorik yang menggabungkan mata, telinga, dan perasaan yang terbangun dari artistik yang di presentasikan. Dengan demikian melalui pertunjukan multimedia “Terawang Ambang” presentasi yang dihadirkan bukan hanya sebatas merajut elemen fotografi dengan lintas media, akan tetapi juga merajut benang keberagaman, inovasi, dan pengalaman seni yang mendalam.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Juanda M Arvis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Terapi Psikedelik KRONG, Unorthodox Acid Rock dari Yogyakarta

Next Article

Panjul dalam Lakon: AI

Related Posts