Mengamati Pergeseran Budaya di Meja Makan melalui karya Agung R. Prakarsa

Esensi dari budaya leluhur kian bergeser dengan adanya ritual baru yang kini sudah menjadi hal yang lumrah, seperti foto bersama sebelum doa makan.


Sejak dulu, pada sebuah acara bersama, masyarakat selalu dipertemukan dengan sajian wajib saat syukuran atau acara adat terutama di pulau Jawa. Adanya tumpengan pasti hadir dari sebuah perayaan dan esensinya adalah berdoa karena budaya ini juga sarat akan sebuah makna bagi manusia dan Yang Maha Kuasa.

Agung R. Prakarsa melihat esensi dari budaya leluhur itu kini kian bergeser dengan adanya ritual baru yang kini sudah menjadi hal yang lumrah, seperti foto bersama sebelum doa makan. Dia beranggapan bahwa fenomena ini tidak bisa disalahkan sebab perkembangan teknologi kini dengan cepat hadir dalam kehidupan masyarakat urban itu sendiri. 

Agung R. Prakarsa, “Aku di Antara Bagian-Bagian Kenikmatan (nya)” (dok. M. Agung Kurniawan)

Fenomena ini kemudian dia sikapi dengan sebuah karya instalasi menggunakan satu buah meja makan kayu bundar lengkap dengan taplak putih berbahan linen layaknya meja makan di restoran padang. Di atas meja itu ia letakan empat buah piring dan satu buah gadget tablet yang menampilkan sebuah video berdurasi 16 detik yang menampilkan gesture tangan seseorang yang sedang berdoa kemudian perlahan berubah seperti sedang memegang ponsel. Selain itu juga dia memberikan kertas karton yang dibentuk kerucut seolah menggambarkan bentuk nasi tumpeng. Di setiap sisi kertas karton ini diisi dengan kumpulan foto makanan dan foto sekelompok orang yang akan makan bersama di meja makan.

Kumpulan foto ini ia kumpulkan melalui sayembara di media sosial milik pribadinya, dengan mengajak teman-temannya untuk memberikan foto yang sedang melakukan makan bersama yang ia sebut dengan participant public. Melalui budaya tumpengan ini ia ingin menyampaikan sebuah pesan lewat karyanya bahwa kita semua hidup dari tanah dan lahir ke bumi untuk merayakan kebersamaan itu sendiri. Pada akhirnya kita akan kembali pada sang pencipta seperti lauk pauk yang terhidang di bawah tumpengan dan bentuk mengerucut ke atas adalah simbol yang merujuk makna ketuhanan. Dari filosofi itu lah alasan Agung R. Prakarsa untuk memberikan judul pada karyanya “Aku di Antara Bagian-Bagian Kenikmatan (nya)”.

Agung R. Prakarsa, “Aku di Antara Bagian-Bagian Kenikmatan (nya)” (dok. M. Agung Kurniawan)

Agung R. Prakarsa adalah salah satu dari sekian student artist yang terpilih dan berkesempatan untuk ikut serta memamerkan karyanya di Artidentity lewat hasil seleksi open call. Artidentity adalah pameran seni dua tahunan yang tahun ini hadir untuk merespon isu terkait sosial budaya dalam konteks budaya nusantara bertemakan “kultur pangan”.

Pameran Artidentity tahun ini membuka ruang dengan mengadakan open call bagi student artist atau pegiat kolektif untuk berpartisipasi dalam pameran seni media baru. Artidentity menampilkan karya dari 14 student artist, 3 berbasis kolektif dan 3 seniman undangan, seperti Helmi Hardian (Jawa Timur), Nden (Tangerang) dan Sir Dandy (Tangerang Selatan). Dengan tema kultur pangan, para kurator memiliki kesadaran untuk menyampaikan gagasan tersebut dengan cara Seni Media. 

Pameran ini dikuratori oleh Hilmi Fabeta dan Indah Ariani, menurut mereka sesungguhnya membuka ruang bagi eksplorasi mampu menyampaikan pesan secara luas, ia bisa memulainya dengan cahaya, gerak, sensor, seni video, bunyi, instalasi, bahkan bio art, yang pada akhirnya digabungkan dalam satu ruang untuk dipamerkan.

 

Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto: M. Agung Kurniawan

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Perjalanan Mooi Indie dari Berbagai Generasi dan Subversinya Masa Kini

Next Article

Menggenggam Pesan dan Menyulut Semangat “Pesta Pora” The Glad