Studio Rosid: Energi dari Masa Lalu

Lukisan “Bapak” karya Rosid

Rosid, seorang seniman asal Parigi, Pangandaran yang lahir dan besar dari keluarga petani. Berbekal bakat seni yang ia miliki, ia memilih pergi ke Bandung setelah lulus SMA tahun 1989. Kepergiannya bukan untuk menunjang ilmu di bangku sekolah secara formal melainkan bergabung dengan sanggar seni guna menekuni minat dan bakatnya di bidang seni. Usaha yang ia lakukan tidak sia-sia. Tahun 2002 menjadi titik awal kesuksesan Rosid di dunia seni. Rosid menggelar pameran seni atas karya-karyanya di Selasar Sunaryo Artspace – studio seni milik seniman terkenal Sunaryo.

Kesungguh-sungguhan Rosid akan seni ia buktikan dengan mulai mendirikan studio di belakang rumahnya yang bernama “Studio Rosid”. Memorial masa lalu merupakan konsep yang Rosid anut untuk studio seninya. Memiliki ayah seorang petani dan ibu sebagai penjaga warung, membuat Rosid tidak asing apabila peralatan tani dan perlengkapan rumah tangga tradisional sebagai pajangan studio. Hal tersebutlah yang akan menjadikan Studio Rosid sebagai gerbang menuju masa lalu.

Ruang Studio (diambil dari lantai dua studio)
Ruang Studio
Cetakan pensil di atap studio

Studio Rosid dibangun secara bertahap. Terdapat tiga lokasi utama di Studio Rosid. Dia mengawali pembangunan dengan studio dua lantai di belakang rumahnya. Di ruang tersebut, Rosid sering menghabiskan waktu melukis serta mencari dan/ mendapatkan beberapa inspirasi untuk karya-karyanya. Rosid bukanlah kacang lupa kulit, pensil yang merupakan identitas atau ciri khas Rosid sebagai seniman lukis dapat terlihat dari pajangan-pajangan yang ia buat sendiri berbentuk pensil. Lalu pada lantai satu ruangan ini Rosid membuat cetakan berbentuk pensil pada atap lantainya.

Saung Studio Rosid

Saung merupakan lahan kedua yang Rosid buat pada studionya. Pada area saung ini terdapat banyak pajangan yang melahirkan pertanyaan akan ornamen-ornamen yang ada. Tidak heran hal tersebut terjadi, sebabnya karena display pada area ini merupakan alat-alat pertanian dan perlengkapan rumah tangga yang sudah jarang atau mungkin tidak lagi digunakan di zaman sekarang seperti: garu, singkal, tungku api, dandang, anglo, dan masih banyak lagi barang-barang tradisional lainnya. Terdapat energi yang berbeda ketika mengetahui ternyata benda rumah tangga yang sering digunakan sehari-hari merupakan transformasi dari benda-benda yang dilihat di Studio Rosid.

Lantai satu Galeri Studio Rosid
Lantai dua Galeri Studio Rosid

Galeri Studio Rosid menghadirkan karya goresan tangan Rosid pada media kanvas. Di ruangan ini juga terdapat lukisan-lukisan realis “Bapak” yang merupakan ayah Rosid. Lukisan “Bapak” dibuat menggunakan media kanvas dengan cat akrilik. Selain lukisan, terdapat juga beberapa barang yang Rosid buat dan koleksi di ruang galeri yaitu empat buah bangku sekolah yang digunakan tahun 1950.

Selain ketiga area tersebut, Studio Rosid juga memiliki kafe berlokasi di depan ruang studio yang merupakan rumah Rosid. Area kafe diisi pula oleh berbagai barang seni terbuat dari anyaman kayu. Ruangan ini sebelumnya digunakan sebagai kantor Rosid. Seiring berjalannya waktu, kantor tersebut diubah menjadi kafe bernuansa seni yang sama seperti di ketiga area sebelumnya.

Lukisan dan Respon Objek

Rosid mengungkapkan bahwa dalam membuat karya, beliau selalu mencerna dahulu melalui perasaannya. Sebagaimana yang ia katakan, “apa yang saya alami, apa yang saya ungkapkan” sehingga ketika berkarya dia akan meresapi setiap hal serta mencermati dan melihat setiap detail. Bakat serta kegigihannya berkarya di bidang seni sudah sepatutnya kita apresiasi sebersar-besarnya. Mengingat latar belakang Rosid yang bukan merupakan mahasiswa atau seorang berpendidikan formal di dunia seni, akan tetapi berbagai penghargaan dan pameran di dalam maupun luar negeri (Singapura, Filipina, Korea Selatan, dan Hongkong) telah dia rengkuh.

Display Studio Rosid

Barang-barang yang terdapat di Studio Rosid ini merupakan beberapa benda yang beliau kumpulkan dari berbagai tempat. Setiap benda yang Rosid kumpulkan memiliki cerita dan nilainya sendiri. Benda yang Rosid kumpulkan semata-mata bukan hanya benda, melainkan energi dari setiap benda. Terdapat satu benda yang cukup unik yaitu beberapa batang kayu yang dia pajang di ruang studionya. Batang kayu tersebut dia dapatkan di pesisir pantai namun di mata Rosid batang kayu tersebut bukan sekadar batang kayu. Benar saja, kayu tersebut memiliki nilai ketika sudah berada ditangan seorang Rosid.

Lukisan Slamet Raharjo

Rosid berharap dengan berdirinya “Studio Rosid” dapat memberi manfaat nyata bagi tiap pengunjung di Studio Rosid ini. Setiap karya dan benda yang telah ditata dan di-display diharapkan dapat menjadi bahan renungan untuk merasakan dan menghargai tiap nilai yang ada. Keterbukaan Rosid terhadap karya dan barangnya menjadikan “Studio Rosid” menjadi wadah para pengunjung merasakan dialog dan interaksi dengan karya seni yang ada.

Manfaat “Studio Rosid” nampaknya sudah menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat. Sebagaimana diucapkan Slamat Rahardjo – aktor, sutradara, penulis skenario, dan produser film Indonesia terhadap Studio Rosid, “Di sini itu cahaya Kang. Kang Rosyid itu terbuka dan penuh rasa. Sehingga apa yang Kang Rosid buat dan tata tidak asal naroh.” Kata-kata tersebut kemudian dikonversi jadi lukisan oleh Slamet Rahardjo bertuliskan “Cahaya Rasa Rasa Cahaya Gustii… Cahaya” dan dilengkapi cap tangan menggunakan cat yang ditempelkan pada kanvas sebagai tanda persaudaraan mereka.

 

Tetaplah menjadi cahaya, jikalau malam merenggut

niscaya kau ‘kan tetap bersinar dalam bintang dan bulan.


Editor : Tim Editor SudutKantin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Zizaluka Project: Menyimak Eksistensialis dari Kaum Terabaikan

Next Article
Ilustrasi oleh Rolin Noris

Aku lahir, hidup, tumbuh dan mati