Datang dari Jepang, VMO Tampil Beringas di Moshpit Cherrypop 2024

Violent Magic Orchestra (VMO) diboyong dari Jepang untuk berdansa beringas di Cherrypop 2024, Yogyakarta.

Bagiku terdapat tiga jenis penonton sebuah festival musik. Yang pertama, tipe penonton yang ingin melihat penampil yang sudah diketahui baik lagu maupun personelnya. Tipe kedua adalah penonton yang ingin melihat aksi panggung penampil yang belum pernah dilihat atau diketahuinya. Terakhir adalah gabungan dari dua jenis sebelumnya. Saya adalah tipikal jenis yang ketiga.

Melihat penampil-penampil yang belum diketahui seluk beluknya bahkan lagunya, bagiku adalah sebuah kejutan tersendiri. Kenapa begitu? Sebab jelas kita tidak mempunyai gambaran bagaimana band tersebut akan menggebrak panggung. Biasanya hanya ada dua dampak menerapkan tipe penonton yang kedua tersebut, yaitu kecewa atau menjadi semakin cinta pada band tersebut. 

Malam itu, 10 Agustus hatiku terpana melihat penampilan Violent Magic Orchestra (VMO) di Cherrypop Festival 2024. Cherrypop 2024 mungkin telah usai beberapa waktu yang lalu, tetapi penampilan VMO malam itu tetap layak untuk diperbincangkan. Grup musik yang membawakan genre gabungan antara musik techno, black metal, dan new wave itu digawangi oleh nama-nama personel yang diambil dari band-band black metal legendaris yaitu Mayhem, Darkthrone, Emperor, dan Xasthur.

Jujur saja, saya tidak punya gambaran bagaimana lagu-lagu VMO dan penampilannya. Pun aku juga tak mau mencari tahu live mereka di YouTube atau mendengarkan lagu-lagunya. Aku ingin perasaan tercengang ketika melengok aksi panggung mereka dan nyatanya rasa penasaranku kini telah berubah menjadi cinta untuk VMO.

Penampilan VMO di Cherry Stage hari itu dimulai dari waktu surup (menjelang malam). Sebuah waktu yang konon bagi beberapa masyarakat Jawa selalu dikaitkan dengan hal-hal mistis. Waktu yang wingit. Biasanya bagi anak kecil, waktu surup adalah waktu yang mengharuskan diam diri di rumah. Mengko ndak digondol wewe (hantu) begitulah wejangan dari kakekku dahulu. Akan tetapi, surup itu aku melanggar wejangan kakekku untuk menunggu penampilan VMO.

Sebelum VMO tampil, aku sempat bertanya pada Nana (pacarku) yang kupaksa untuk menyaksikan penampilan pertama band asal Jepang tersebut. Aku sempat bertanya apakah sebelumnya dia sudah sempat mendengarkan atau melihat penampilan VMO di kanal media sosial. Sesuai dugaanku, bahkan dirinya sama sekali belum pernah mendengar nama VMO. Oleh karena itu, ini adalah momen pertama kami menyaksikan aksi panggung VMO.

Momen Violent Magic Orchestra (VMO) di atas panggung (dok. Aliawan Ghozali Isnaen)

Penampilan VMO Membakar Arena Moshpit Cherry Stage

Jujur saja, saya belum pernah mendengarkan satu pun tembang dari VMO. Sehingga mungkin saya tidak akan menjelaskan bagaimana tiap lagu dibawakan. 

Muncul tiga personel dengan dandanan khas black metal dan satu perempuan. Kemunculan tersebut menandakan surup tersebut akan menjadi penampilan memukau dengan balutan kegelapan yang menawan. Tanpa aba-aba, VMO langsung menghajar panggung Cherry Stage dengan lagunya yang mengajak untuk berdansa kematian.

Meski begitu, awalnya saya dan penonton lainnya yang memadati Cherry Stage masih malu-malu untuk mengeluarkan energi di beberapa lagu awal VMO. Namun, VMO tetap tampil beringas dalam membawakan tembang-tembangnya. Saya merespons penampilan tersebut dengan headbang tipis-tipis pada awalnya. Begitupun dengan Nana, dirinya turut menganggukkan kepala tipis-tipis mengikuti irama breakdown yang dilantunkan. Barulah saat salah satu personel VMO turun untuk memanaskan suasana, para penonton langsung saja melepaskan energinya.

Dengan musik elektronik dibalut scream ala black metal membuat penonton layaknya dibakar oleh semangat. Circle pit dan dansa ala musik techno layaknya pesta kematian yang tidak boleh usai. Debu-debu bertebangan seiring tambah kencangnya larian penonton yang membuat lingkaran. Dentuman demi dentuman seakan memukul kami semua untuk tambah semangat mengeluarkan energi.

Meskipun tampil di waktu surup yang terkenal wingit dan tampilan serbahitam ala black metal, penampilan VMO kala itu memberikan kegembiraan tersendiri bagi kami. Selain tampil menyeramkan, salah satu highlight dari penampilan VMO adalah permainan light stick dari vokalisnya. Permainan light stick tersebut dibarengi dengan beat-beat yang selalu mengajak semua penonton mengerahkan energi negatifnya.

Penampilan VMO malam itu semakin pecah dengan visual artwork di layar yang menunjukkan gaya lukisan futuristik atau robot-robot bernada kegelapan. Entah saya tidak tahu namanya, sebab seni rupa bukanlah hal yang saya geluti. Intinya, visual artwork mereka sangat mendukung penampilannya. Serta lighting yang tiba-tiba gelap lantas menyala dengan terang dan berkedip-kedip turut menjadi aspek penting penampilan VMO malam itu. Apresiasi lebih terhadap visual illustrator dan penata cahaya VMO yang menjadi perpaduan penting untuk menunjang memukaunya aksi panggung band Jepang tersebut.

Usai penampilannya, saya menemui VMO di backstage untuk melakukan sesi wawancara. Dibalik tampilannya yang garang nyatanya mereka adalah sosok yang santai dan terbuka untuk diajak wawancara. Penampilannya di Cherrypop tersebut merupakan pertama kalinya mereka manggung di Indonesia. Para personel VMO memberikan apresiasi terhadap penonton yang turut moshpit ketika mereka tampil.

Nice people moshpit,” tutur VMO melihat reaksi penonton saat mendengar lagu-lagu mereka.

Selain memiliki pandangan pada penonton di Cherrypop yang menurut mereka crowd-nya bagus, VMO turut berbagi pandangan terhadap kota Yogyakarta. Sebagai kunjungan perdana di Yogyakarta, VMO memiliki pandangannya sendiri terhadap kota pelajar. 

I like this city, building architecture so interesting,” ungkap VMO menjelaskan ketertarikannya pada kota Yogyakarta.

Sebelum mengakhiri wawancara, saya sempat menodong VMO untuk memberikan satu kata yang menggambarkan Cherrypop Festival 2024 kali ini.

Cherrypop best!” tutup VMO mengakhiri wawancara malam itu.

Aksi Darkthrone di moshpit Cherry Stage (dok. Cherrypop 2024)

Cerita Penonton Melihat Ganasnya VMO

Selain menodong pertanyaaan pada VMO, saya tertarik untuk bertanya pada penonton yang turut menyaksikan aksi panggung band Jepang tersebut. Di sela-sela penampilan VMO sebelumnya, mataku turut melihat reaksi penonton. Di antara kerumunan yang telah menggila dengan beat-beat dari VMO, saya melihat satu sosok yang menurutku paling energik, namanya Jefri.

“Menurutku ini merupakan penampilan yang sangat menakjubkan dan spektakuler,” tutur Jefri.

Menurutnya genre yang dibawakan oleh VMO seperti perpaduan antara musik techno dengan black metal tersebut jarang ditemukan di Indonesia. Jefri mengaku memang menyukai jenis musik techno atau elektronik seperti yang dibawakan oleh VMO. Pun dirinya menunggu penampilan VMO di gelaran Cherrypop tahun ini. Bagi Jefri, musik ini dapat menjadi sarana untuk mengeluarkan energinya yang bisa ditangkap menjadi energi positif. 

“Tanpa substance pun, kita bisa menikmatinya,” tukas Jefri menjelaskan alasannya menyukai musik techno, “Ini (penampilan VMO) sangat bagus, terima kasih Cherrypop.”

Violent Magic Orchestra diboyong dari Jepang untuk tampil di Cherrypop 2024. Band yang belum lama ini melepas album baru bertajuk “Death Rave” pada 2024 silam, bukan satu-satunya penampil dari luar negeri. Selain VMO, di gelaran Cherrypop 2024 ada juga Doorplant yang berasal dari Thailand yang diboyong ke Lapangan Kenari. Dua nama tersebut adalah penampil yang berasal dari luar Indonesia untuk meramaikan Cherrypop 2024.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Cherrypop 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts