Manusia Tanah: Kumpulan Puisi Adi Subiantoro

Kumpulan puisi ini: Manusia ApiManusia Air, dan Manusia Tanah ditulis oleh Adi Subiantoro. Seorang yang sedang berusaha menulis di sela menjadi co-driver ambulans di kota Solo.


Manusia Api

Lembah dagumu melebihi api
Nyala merajang
Dalam sekat yang minim, kau buat seperti
matahari tidak hanya bekerja sendiri
Tubuh-tubuhku juga purnama yang celaka
Karena jadwal makin sering
datang

Jika terus kau begitu, mungkin beberapa bulan ke depan
kita akan menghadapi kemarau panjang
Tiap malam kau kusapa, tapi katamu
“Kau siapa?”
Lalu setelah itu aku harus memanjat tiap persimpangan
dan ruas-ruas jalan tol demi memastikan
kau kukejar sebenar-benarnya

Lalu muncul suatu hari, aku jatuh bentur kepala
Orang-orang datang. Orang-orang mengerumuniku
Wajah mereka merah terik
“Kita butuh pancaroba.”
Mereka berbisik padaku
Dan tidak sedetikpun setelah itu aku bisa melihat
lagi wajahmu. Melihat hanya biru

Solo, 2024

Manusia Air

Pada langit aku menemukan kematian
Bergegasnya pada jalanan aspal
Kematian yang mau adalah kurindu
Maka berjalan aku padanya
Pada candi dan masjid yang berdesakan
Di antara reruntuhan iman
Pada kaca dan rumput yang kawin
Dengan paksaan
Rambutku basah kena serapah
Dan kakiku tusuk ribuan langkah
Aku hanya mengalir padamu, langit
Karena hidup yang sudah-sudah
Panasnya lampau tak sudah-sudah

Solo, 2024

Manusia Tanah

Sejak kecil aku sering tertidur sambil nonton TV. Meski beberapa tahun belakangan aku sudah tidak melakukannya, tapi aku masih ingat bagaimana rasanya. Aku melihat warna berlomba memasuki mataku, mengatakan hal-hal keren yang saat dewasa aku ingin melakukannya. Mereka menggeledah isi kepalaku, menyingkirkan beberapa tugas sekolah yang tidak perlu, lalu menggantinya dengan informasi palsu tentang segala hal. Tapi sekarang aku sadar, semua informasi itu tidak sepenuhnya palsu. Buktinya, malam ini aku mampu menaiki bintang-bintang seperti di dalam film yang kutonton dulu. Malam ini aku bisa terbang. Melompat dari satu pohon ke pohon lain. Malam ini aku mampu melihat dengan jelas di tengah gelap dan dingin kabut. Malam ini pasti akan sangat seru, aku bisa melihat wajahku yang tersenyum dibawah sana.

Wonosobo, 2024


Penyelaras Aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Wisnu Arya Bima

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Samsara: Pendewasaan Personal Menerjemahkan Tempat Bermain

Next Article

Sepenggal Kisah Sopir Ambulans