Kumpulan puisi ini: Dionaea Muscipula, Pelukis di Tengah Hutan-Tuhan, dan Menjelma ditulis oleh Muhammad Gibrant Aryoseno. Seorang penulis yang biasa menulis novel, cerpen, dan puisi.
Dionaea Muscipula
Di dalam sebuah imaji:
danau berkabut, pepohonan hitam.
Aku terbangun—terpeleset ke dalamnya.
Itu sebuah mata, menjebakku.
Bulu-bulunya laksana penjara.
Aku berontak, tenggelam di dasar retina.
Danau itu menangis, penuh getah.
Langkah salah—aku habis napas.
Ia melepaskanku, cerahlah.
Aku kembali ke bola matanya.
Sebuah seni membenci diri:
lalat mandi di mulut imaji.
Pelukis di Tengah Hutan-Tuhan
Jika ada pameran untuk lukisan yang
paling sering mengutuk dirinya sendiri
maka aku akan menjadi kanvas abstrak
yang bingung, kotor, dan apak
di tengah-tengah kerumunan da Vinci.
Menjelma
Maka ‘kan dibuktikan olehnya sang penyair durjana
yang mengejawantahkan segala impian;
pening-hening mengguruinya bak jangka,
melingkari inti—ia hanya melingkar sendiri.
Kemudian ‘kan dibuktikannya perahu layar itu
terbang melintasi cakrawala untuk menafsirkan
ayat-ayat kedurhakaan kepada para manusia.
Anjing! Tolak mereka: baik-buruk terpatri
dalam timbangan hitam-putih presisi.
Meski mereka ilhami, hati tak pernah berkompromi.
Dan ‘kan dibuktikannya menjelma Tuhan yang dilarung
sepihak dalam awan gelap; mimpi abadi kematian
oleh mereka yang sepi ketika alunan tangan menggaruk pikir
dan durjana yang bercengkerama dengan isi kepala.
Revolusi lewat nadi jatuh tumpah pada perkamen,
merambat lentik lewat celah jari jemari,
lari tunggang-langgang ‘tuk menjelma:
menjelma Tuhan, menjelma diri.
Menjelma apa saja yang ‘kan dibuktikannya,
yang ‘kan dibuktikannya pasti ‘kan abadi.
Menjelma abadi, pastilah pergi.
Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Tufail Rosyad Abdi
Wow keren. Terus berkarya mas gibrant