Ayahku matahari, ibuku bumi
Informasi biologis di darah ini
Saudara-saudari siapa kami
Pewaris sah dinasti matahari!
Dinasti Matahari, berkumandang di Kartasura malam itu (17/2). Kartasuar Fest 2023, menghadirkan ruang bagi Navicula untuk bersenang-senang bersama khalayak yang hadir di Heritage Palace, Kartasura. Namun, yang dihadirkan oleh Navicula di panggung-panggung mereka, tidak hanya soal bersenang-senang semata, ada hal penting yang ingin mereka sampaikan melalui musik.
Terbentuk pada tahun 1996, mereka secara konsisten mengusung tema mengenai persoalan lingkungan dan keadilan sosial. Band psychedelic-grunge dari Bali ini, percaya bahwa seni adalah sebuah bahasa yang familiar dan dekat dengan orang-orang muda, karena itu, mereka lantas percaya bahwa melalui seni, mereka dapat menanamkan benih-benih perubahan. Tema yang diusung oleh Navicula, termanisfestasi dalam lirik-lirik lagunya yang berusaha menyampaikan pesan-pesan perdamaian, cinta, dan kebebasan (Peace, Love, and Freedom).
Sedari awal, konsep band ini dibuat untuk menjadikan musik sebagai media untuk menyuarakan isu-isu ekologis dan kesadaran sosial. Bagi mereka, musik grunge/rock yang diusung sebagai kiblat bermusik tidak hanya sekadar gimmick estetika, hiburan, atau hura-hura semata. Musik, hura-hura, dan gerakan sosial, saling berkelindan dalam gaung musik Navicula. Ada satu cerita menarik, terkait dengan pilihan “Navicula” yang diusung sebagai nama dari band ini.
“Karena Sepultura udah ada yang pakai, awalnya gitu aku sama Dadang, dari kita SMA nyari nama band, lagi belajar, buka-buka buku biologi kan,” tutur Gede Robi Supriyanto sambil tersenyum saat ditemui Sudut Kantin Project di backstage.
“Tiba-tiba ketemu dengan [nama] hewan bersel satu, kita lagi mempelajari jenis-jenis avertebrata, hewan tidak bertulang belakang, hewan bersel satu, wah ini ada nih salah satu ganggang dan namanya pas navicula,” lanjutnya.
Selain karena belum ada yang memakai nama ‘navicula’ sebagai entitas grup musik, lebih jauh di kemudian hari Robi menemukan arti menarik bahwa ‘navicula’ -dalam keadaan tertentu- dapat menjadi penanda dari kadar kebersihan air laut.
Dari situlah, band yang digawangi oleh Robi (vokalis dan gitaris), Dadang Pranoto (gitaris), Krishnanda Adipurba (bassist), dan Palel Atmoko (drummer) secara luas mendukung kampanye-kampanye yang berkaitan dengan isu sosial dan lingkungan hidup di Indonesia dan di seluruh dunia. Saat ini yang sedang menjadi perhatian dalam kampanye musik Navicula berkaitan dengan isu sosial dan lingkungan hidup adalah mengenai energi terbarukan atau renewable energy. Lagu Dinasti Matahari, mereka katakan sebagai perwujudan dari kampanye tersebut.
Energi terbarukan lantas menjadi salah satu alternatif yang masuk akal untuk mengakomodasi pembangunan dengan perspektif lingkungan. Sebagai negara tropis, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan energi matahari sebagai bagian dari energi terbarukan, namun sayang sekali hal tersebut masih belum optimal.
Selama tiga tahun pandemi, banyak proyek Navicula yang tertunda. Kini setelah pandemi berakhir, mimpi-mimpi yang tertunda selama tiga tahun belakangan ingin segera diwujudkan. Yang terdekat, Navicula sedang mengerjakan proyek pembuatan video klip.
Navicula sendiri, hingga saat ini telah merilis sebelas album. Album terbaru yang berjudul ‘Archipelago Rebels’ dirilis pada tahun 2022 lalu. Mereka berencana merilis tiga video klip dari album ini. Dua video klip di antaranya Dinasti Matahari dan Kembali ke Akar telah dirilis. Ada juga video klip yang sedang dalam proses pembuatan dengan menawarkan suatu konsep yang berbeda dengan dua video klip sebelumnya.
Dalam perjalanan panjang bermusik dan membangun gerakan, tentu jalan Navicula tak selalu mulus, pasti ada kesulitan-kesulitan yang menghadang. Salah satu permasalahan yang kerap dihadapi dalam bermusik dan menyuarakan persoalan sosial serta lingkungan hidup adalah waktu dan uang. Bagi Robi, ini adalah permasalahan klasik.
Meskipun demikian, berbagai permasalahan yang dihadapi tak lantas meruntuhkan konsistensi Navicula dalam mempersembahkan berbagai karya yang diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam masyarakat. Harapan-harapan yang dikumandangkan di setiap karya, diyakini Robi dapat menumbuhkan semangat untuk membuat kehidupan setiap insan menjadi lebih baik.
Tidak ada perjuangan yang mudah memang, namun harapan untuk menjadi lebih baik pasti selalu ada, seperti pepatah latin, per aspera ad astra.
Reporter: Theoni Damaris, Alfian Akmal
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: dokumentasi Kartasuar Fest