Mengintip Film Corona (2020)

Corona film
Foto: timesofindia.com

Setelah fenomena pandemi virus corona muncul di Wuhan dan menggemparkan dunia, tindakan diskriminasi kerap kali dialami turis-turis asal Asia. Umpatan-umpatan berbau rasis pun sering dilontarkan sebagai senjata ampuh untuk melumpuhkan korban.

Terinspirasi dari permasalahan ini, Mostafa Keshvari membuat sebuah film berjudul Corona yang akan tayang tahun 2020. Film berdurasi 63 menit ini diperankan oleh Andrea Stefancikova, Andy Canete, Emy Aneke, Josh Blacker, Richard Lett, Traei Tsai, dan Zarina Sterling.

Trailer Film Corona

Melihat dari trailer-nya yang telah tayang di YouTube pada 9 Maret 2020, film ini mengisahkan sekelompok orang yang terjebak pada sebuah lift. Satu di antaranya adalah seorang wanita asal Tiongkok.

Konflik bermula saat wanita tersebut mengalami batuk-batuk, lalu lift seketika macet, dan lampu penerangan padam. Suasana pun berubah menjadi kian mencekam ketika lampu berkedap-kedip merah pertanda darurat mulai menyala.

Kepanikan serta ketakutan perlahan menghantui mereka. Berbagai ekspresi dari reaksi diperlihatkan masing-masing tokoh. Wanita Tiongkok berkali-kali dicerca dan didiskriminasi di dalam lift tersebut karena dicurigai telah menyebarkan virus. Kata-kata berbau rasis pun dilontarkan secara bertubi-tubi padanya.

Di samping itu, ada pula konflik pemersatu yang terbilang urgen yang terpaksa mengajak mereka untuk harus segera bekerja sama, yaitu saat salah satu tokoh perempuan yang sedang hamil mengalami kontraksi. Adegan ini sungguh sangat menegangkan sekaligus mengharukan.

Ide dan Proses Kreatif Film Corona

Mostafa Keshvari adalah seorang penulis, sutradara, sekaligus produser asal Kanada. Dalam dunia perfilman, ia dikenal sebagai filmmaker yang begitu lihai serta cepat dalam menangkap dan meramu ide-ide menjadi sebuah karya.

Dalam wawancaranya ia mengatakan, ide kreatif dari film Corona muncul ketika ia membaca sebuah berita tentang maraknya kasus diskriminasi terhadap turis asal Tiongkok. Dari situ, ia langsung meresponsnya dengan menyusun konsep untuk film ini.

“Ide itu muncul ketika saya sedang di dalam lift dan membaca berita bahwa turis asal Tiongkok diserang. Jadi, saya pikir akan membuat film ini dalam lift,” ujarnya dilansir dari Hollywood Reporter.

Proses syuting film ini pun telah selesai pada akhir Februari. Tepatnya, sebelum adanya pemberlakuan lockdown di negara Amerika Utara.

Dari konsep yang dibangun, Keshvari sengaja menyatukan orang-orang yang terlibat dalam tindakan diskriminasi ke dalam sebuah bilik kecil agar isu yang diangkat semakin terlihat jelas dan memberi kesan bahwa ini adalah suatu permasalahan yang besar. Dengan begitu, penonton dapat menangkap inti dari film Corona.

Ketakutan adalah Virus, Harapan adalah Obat

Jika dilihat secara keseluruhan, film Corona sesungguhnya memuat persoalan-persoalan yang tengah terjadi secara global saat ini. Para tokoh di dalamnya benar-benar mewakili setiap individu maupun kelompok yang acap kali kita jumpai di sekitar kita. Mulai dari orang-orang yang takut akan Covid-19 hingga mereka yang membakar amarah dan menyalahkan orang lain.

Dengan melihat fenomena gejala sosial tersebut, film Corona mengusung taglineFear is the virus, hope is the cure!” (Ketakutan adalah virus, harapan adalah obat). Lewat tagline ini, sang sutradara berharap semua orang dapat saling bergandengan tangan, bersatu, dan bersama melawan Covid-19.

 

 

Editor: Agustinus Rangga Respati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts