Pendahuluan
Bagaimana kesehatan mental bisa tetap terjaga selama pandemi? Tren kesehatan mental semakin menjadi bidang yang terus mendapatkan perhatian beberapa tahun belakangan. Di tengah maraknya tren kesehatan mental, pada tanggal 11 Maret World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa COVID-19, penyakit yang disebabkan Coronavirus, berada dalam status pandemi.
Tidakterdugaan dan perubahan pola hidup sehari-hari melalu physical distancing membuat semakin naiknya isu kesehatan mental. Melalui survei yang dilaksanakan Jean Twenge, Professor of Psychology, San Diego State University pada 27 April 2020, yakni peserta survey pada tahun 2020 cenderung 8 kali lebih besar memiliki kemungkinan untuk mengalami gangguan mental, berbeda jauh dengan peserta survey pada tahun 2018.
Sudah jelas, bahwa pandemi ini membawa pengaruh buruk bagi kesehatan mental masyarakat. Dan tidak hanya pandemi yang memicu penurunan kesehatan mental pada masyarakat, melainkan juga dipengaruhi oleh bertebarnya berita bohong mengenai virus korona yang semakin menambah kepanikan masyarakat. Dibuktikan melalui data yang diberikan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia terdapat lebih dari 400 hoaks seputar Covid-19 yang beredar di Indonesia pada hingga Maret 2020.
Berbagai hal di situasi saat ini bisa mengacaukan kita, namun yang pasti kita harus tetap menjaga imunitas tubuh. Berbagai cara dapat dilakukan, dan salah satunya adalah dengan menjaga kondisi kesehatan mental. Dari sekian banyak usaha, kesehatan mental adalah problem yang bisa dikatakan sukar-sukar mudah. Kondisi mental yang baik berbanding lurus dengan peningkatan daya tahan tubuh seseorang.
Contohnya, ketika kita selalu berpikir positif tanpa mengurangi kewaspadaan, maka kita akan terhindarkan dari ketakutan berlebih yang bisa melemahkan daya tahan tubuh kita. Oleh karena itu penjagaan kondisi kesehatan mental sangatlah penting untuk diterapkan di situasi seperti ini.
Sudah banyak berdiri satuan tugas yang menangani COVID-19, mulai dari SATGAS yang berupaya secara preventif hingga represif. Contohnya seperti membantu mengedukasi masyarakat tentang virus korona, menyalurkan bahan-bahan pokok, dan menampung sumbangan yang diterima dari para donatur. Sesuai dengan yang dilakukan oleh dinas sosial kota Bekasi, yang menginstruksikan satgas beserta RT/RW yang berada pada kendali kelurahan untuk membantu proses distribusi bantuan sosial. Namun satu hal yang penulis rasa kurang dan jika diberlakukan maka akan memberikan hasil yang signifikan, adalah satuan tugas bisa memasukan literasi kesehatan mental sebagai program mereka.
Dengan tujuan meningkatkan awareness masyarakat, sehingga mereka bisa mengelola kondisi mental mereka. Dan penulis menganggap bahwa dengan adanya literasi kesehatan mental kita bisa membantu masyarakat untuk lebih mengerti tentang kesehatan mental. Selain sebagai media edukasi, satuan tugas juga bisa membentuk program yang khusus membantu masyarakat guna meningkatkan kesehatan mental yang mereka miliki, seperti memberikan semangat kepada masyarakat untuk selalu bertahan, menanggapi keluhan-keluhan psikologis yang dialami masyarakat. Program ini bisa kita sebut Posko Peduli Kesehatan Mental, atau yang penulis sebut sebagai PPKM.
Posko Peduli Kesehatan Mental ini merupakan program yang sangat fleksibel, kita bisa memasukannya ke dalam program satuan tugas di setiap daerah, atau bisa juga membuatnya berdiri sendiri, sesuai dengan namanya yakni Posko Peduli Kesehatan Mental. Selain itu kita juga bisa melaksanakannya melalui keterampilan Ibu-Ibu PKK di setiap daerah, tentunya dengan di fasilitasi oleh beberapa ahli.
Kondisi mental merupakan pondasi kita di dalam melakukan berbagai aktivitas. Ketika kita memiliki mental yang kurang baik bagaimana kita ingin menjaga daya tahan tubuh kita, dengan begitu bagaimana kita ingin bersatu melawan korona. Oleh karena itu sebelum kita melangkah lebih jauh, hal-hal dasar harus kita perkuat. Dan pengadaan PPKM bisa membantu penguatan pondasi kita di dalam melawan virus korona.
Isi
Kesehatan mental bukanlah hal yang sepele untuk tidak diketahui. Dengan sadarnya kita dengan kesehatan mental, kita bisa mengerti diri kita sendiri, dan kita bisa membantu individu lain yang memiliki gangguan mental sehingga menjauhinya dari kemungkinan terburuk yang bisa ia dapatkan. Sesuai dengan data terakhir dari WHO menunjukkan jumlah kasus depresi di Indonesia mencapai 9.162.886 kasus atau 3,7% dari populasi. Dengan kata lain isu kesehatan mental bukanlah sebuah hal yang bisa disepelakan lagi.
Kondisi mental yang baik bisa dicapai dengan adanya kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental. Literasi kesehatan mental bisa kita edukasikan melalui berbagai media. Salah satunya adalah melalui sosial media. Penggunaan sosial media guna mengkampanyekan tentang literasi kesehatan mental merupakan hal yang sangat baik, namun kita harus mencari alternatif tambahan guna memperluas jangkauan edukasi terhadap kesehatan mental.
Alternatifnya adalah PPKM. Dengan adanya PPKM, golongan masyarakat yang tidak tersentuh teknologi atau gagap teknologi bisa tertangani dengan baik. Oleh karena itu kampanye melalui sosial media kemudian dilengkapi oleh adanya PPKM itu akan memberikan kombinasi yang sangat baik dan degan harapan bisa memberikan hasil yang signifikan.
Ketika seseorang tidak bisa mengelola tekanan mental yang ia miliki maka akan ada kemungkinan ia mengalami psikosomatis. Dijelaskan oleh Kartono dan Gulo (1987) bahwa, psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis atau gangguan fisik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi gejala emosi.
Lalu apa hubungan kesadaran kesehatan mental, kondisi kesehatan mental, psikosomatis, dengan rentannya diri terjangkit virus korona. Hubungannya adalah, ketika kita tidak memiliki kesadaran kesehatan mental yang baik, kemungkinan besar kita tidak akan bisa mengelola kondisi mental yang kita miliki, dan itu menyebabkan semakin rentannya kita mengalami kecemasan berlebih dan berakhir pada psikosomatis, serta pada akhirnya menurunkan daya tahan tubuh kita dan memperlemah pertahanan kita di dalam melawan virus korona.
Oleh karena itu PPKM hadir sebagai solusi untuk meningkatkan literasi kesehatan mental masyarakat, yang pada akhirnya akan berdampak kepada meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental. Secara singkat PPKM memiliki beberapa program terkait dengan kesehatan mental :
- Peningkatan literasi kesehatan mental, dengan cara melakukan penyuluhan atau penempelan brosur di lingkungan RT/RW setempat.
- Menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengadu terkait permasalahan psikologis yang ia alami. Bisa dipermudah dengan membentuk call center tersendiri.
- Memberikan saran kepada masyarakat terkait permasalahan psikologis yang dimiliki
Tentunya akan muncul berbagai pertanyaan mengenai program ini, salah satunya “Bagaimana jika suatu daerah tidak memiliki seorang ahli yang mengerti kesehatan mental?”. Jawabannya adalah kita sebagai warga setempat bisa meminta pemerintah daerah untuk menyiapkan fasilitator sebagai pembimbing. Penulis percaya bahwa masyarakat di lingkungan tersebut jauh lebih mengerti kondisi warga sekitarnya dibandingkan Psikolog atau Psikiater baru yang langsung diterjunkan pemerintah untuk menangani.
Dengan dijalankannya PPKM ini, entah melalui satuan tugas, atau dilaksanakan oleh kalangan masyarakat lainnya seperti Ibu-Ibu PKK, diharapkan nantinya program ini bisa mewadahi setiap masyarakat baik yang mengalami kecenderungan gangguan mental maupun tidak, serta bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya menjaga kesehatan mental. PPKM ini merupakan sebuah visi, tidak mesti dibuatkan struktur organisasi, yang penting bisa mewadahi masyarakat di dalam menjaga kesehatan mental, maka tujuan utama PPKM sudah bisa terpenuhi.
Penutup
Kesehatan mental bukanlah hal yang sederhana. Di tengah situasi pandemi seperti ini, menjaga daya tahan tubuh merupakan prioritas kita guna bertahan di dalam melalui situasi ini. Dan kesehatan mental merupakan pondasi dari itu semua, ketika kesehatan mental masyarakat terganggu, otomatis itu akan mempengaruhi daya tahan tubuh yang ia miliki, sehingga menyebabkan ia semakin rentan terjangkit oleh virus korona.
PPKM ada untuk mengatasi hal tersebut. PPKM ada untuk memfasilitasi berbagai lapisan masyarakat kita, terutama bagi masyarakat kita yang masih sulit mengakses teknologi. Dengan adanya PPKM kesadaran kesehatan mental masyarakat bisa ditingkatkan, ketakutan masyarakat bisa dikurangi. Dengan kata lain adanya PPKM, memfasilitasi kita untuk membantu sesama. Ketika kita bisa menyatukan visi, dan peduli dengan hal-hal dasar, maka melawan virus korona bukanlah hal yang sulit.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental.
Idham, A. F., Rahayu, P., As-Sahih, A. A., Muhiddin, S., & Sumantri, M. A. (2019). TREND LITERASI KESEHATAN MENTAL. ANALITIKA, 11(1), 12-20.
Rahmawati, R., & Rindayati, R. (2014). PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA MENINGKATKAN KEKEBALAN IMUN DARI STRES PADA LANSIA. Journals of Ners Community, 5(1), 9-14.
Yenawati, S. (2010). Gangguan Psikosomatik dan Psikofisiologis (Anorexia Nervosa, Enuresis, Ashma). Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(1), 87-106.
Yustinus Semiun, O. F. M. (2006). Kesehatan mental 2. Kanisius.
*) Esai karya I Kadek Okta Dharmadhyaksa, juara 3 dalam Sayembara Penulisan Sastra “Bersama Lawan Corona” Bengkel Sastra Universitas Sanata Dharma, 2020.