Apologi Rasa: Kumpulan Puisi oleh Aly Reza

Dok. Akwila Chris Santya Elisandri

Dalam kumpulan puisi Apologi Rasa ini, Aly Reza menyebut-nyebut doa, apologi, dan kau. Meskipun tidak menjelaskan bagaimana hal itu berhubungan, tetapi dicontohkannya dalam baris-baris puisi yang santun dan saleh: nyaris persis seperti doa, apologi, dan kau *eskape 


Masih untuk HM

 

Senyap

Kau hanya tak tahu saja, dari balik jendela diam-diam ada doa yang menyelinap tatkala kau tertidur lelap. Doa yang kemudian menjelma sebagai sepasang lengan yang memelukmu sepanjang malam.

Doa yang senantiasa mekar jadi cahaya pagi, yang menyentuh keningmu dengan hangat dan hati-hati. Doa yang tabah menjadi awan di atas kepalamu, yang setia menjadi bayang-bayang di bawah telapak kakimu.

Kau tak perlu tahu, kukira. Bahwa doa itu dikirim oleh seorang lelaki yang gigih menulis puisi, yang senantiasa menyimpan namamu dalam ruang jiwanya: diriku.

Surabaya, 2020

  

Apologi Rasa 

Hanya satu pelita yang masih setia menyala dalam sekam suntukku; pijar matamu

Hanya ada satu nada yang risik mengalun dalam pekat sunyiku: suaramu

Hanya ada satu isyarat yang ku nanti mengusir sepi: sapamu

Dan hanya ada satu ramuan penawar penat dan resam rinduku; hadirmu

 

Hanya ada kau. Catat itu.

Rembang, 2020

  

Renjana

Tapi aku adalah bencana

Rasa takut yang terus meraya di dalam kepala

sementara kau tetap merpati putih di bibir pantai

Gugup menatap laut, takut-takut terbawa hanyut

: Tenanglah, aku ingin kau tetap terbang dan membiru

 

Atau kau bunga matahari yang rekah itu

dan aku lebah madu kecil yang terombang-ambing dihempas angin

: Bolehkah aku duduk di situ, di kelopak bungamu?

 

Jangan-jangan aku memang hanyalah bencana

selamatkan aku, tatih tanganku,

Bawa aku ke ruang hangat, mungkin di ruang kecil di sisi jantungmu

 

Biar aku berdetak di sana

Rembang, 2021

  

Solitude

Di angkasa hatiku yang sunyi,

kau menjelma bintang kejora

Yang berpendar di jelang malam

yang memutih di ujung pagi

 

Maka bayangkan saja

jika kau lindap terbawa mendung

betapa hitam, betapa kosong

angkasa itu makin sunyi, tak berarti

Rembang, 2021

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Rekomendasi Segar Musik Teranyar #1: Final Fury, Incremation, Electric Bird, Avhath, The Glad, dan Noose Bound

Next Article

Panjul dalam Lakon: Migor