Dalam kumpulan puisi Apologi Rasa ini, Aly Reza menyebut-nyebut doa, apologi, dan kau. Meskipun tidak menjelaskan bagaimana hal itu berhubungan, tetapi dicontohkannya dalam baris-baris puisi yang santun dan saleh: nyaris persis seperti doa, apologi, dan kau *eskape
Masih untuk HM
Senyap
Kau hanya tak tahu saja, dari balik jendela diam-diam ada doa yang menyelinap tatkala kau tertidur lelap. Doa yang kemudian menjelma sebagai sepasang lengan yang memelukmu sepanjang malam.
Doa yang senantiasa mekar jadi cahaya pagi, yang menyentuh keningmu dengan hangat dan hati-hati. Doa yang tabah menjadi awan di atas kepalamu, yang setia menjadi bayang-bayang di bawah telapak kakimu.
Kau tak perlu tahu, kukira. Bahwa doa itu dikirim oleh seorang lelaki yang gigih menulis puisi, yang senantiasa menyimpan namamu dalam ruang jiwanya: diriku.
Surabaya, 2020
Apologi Rasa
Hanya satu pelita yang masih setia menyala dalam sekam suntukku; pijar matamu
Hanya ada satu nada yang risik mengalun dalam pekat sunyiku: suaramu
Hanya ada satu isyarat yang ku nanti mengusir sepi: sapamu
Dan hanya ada satu ramuan penawar penat dan resam rinduku; hadirmu
Hanya ada kau. Catat itu.
Rembang, 2020
Renjana
Tapi aku adalah bencana
Rasa takut yang terus meraya di dalam kepala
sementara kau tetap merpati putih di bibir pantai
Gugup menatap laut, takut-takut terbawa hanyut
: Tenanglah, aku ingin kau tetap terbang dan membiru
Atau kau bunga matahari yang rekah itu
dan aku lebah madu kecil yang terombang-ambing dihempas angin
: Bolehkah aku duduk di situ, di kelopak bungamu?
Jangan-jangan aku memang hanyalah bencana
selamatkan aku, tatih tanganku,
Bawa aku ke ruang hangat, mungkin di ruang kecil di sisi jantungmu
Biar aku berdetak di sana
Rembang, 2021
Solitude
Di angkasa hatiku yang sunyi,
kau menjelma bintang kejora
Yang berpendar di jelang malam
yang memutih di ujung pagi
Maka bayangkan saja
jika kau lindap terbawa mendung
betapa hitam, betapa kosong
angkasa itu makin sunyi, tak berarti
Rembang, 2021