Di era digital ini, media sosial jadi senjata ampuh buat promosi, termasuk mengenalkan band dan musik mereka. Festival multi-genre seperti Cherrypop 2024 adalah salah satu cara efektif buat menjangkau audiens lebih luas. Namun di zaman teknologi dan internet, kehadiran band di media sosial sama pentingnya dengan performa mereka di panggung.
Algoritma sosial media menentukan apakah konten bakal viral atau enggak. Konten trending biasanya lebih diprioritaskan, jadi peluangnya buat menarik perhatian lebih besar. TikTok, misalnya, terbukti efektif mengenalkan lagu-lagu baru lewat potongan video viral. Banyak Gen Z yang tahu band seperti Maliq & D’Essentials dan Reality Club dari TikTok karena liriknya relatable dengan kehidupan mereka.
Namun bagaimana dengan band rock keras? Di TikTok, konten viral kebanyakan lagu-lagu yang mendayu-dayu dan liriknya relate dengan kegalauan para anak muda zaman sekarang. Meski begitu, band hardcore Serigala Malam tetap optimis dan yakin musik cadas punya tempatnya sendiri, meski strateginya harus beda.
Serigala Malam, band hard rock yang terbentuk pada 2008 dan telah beberapa kali pergantian personel, kini terdiri dari Komeng (vokal), Tutut (gitar), Petrus (bass), dan Reno (drum). Mengenai promosi di era media sosial, Komeng menekankan pentingnya memanfaatkan platform ini seoptimal mungkin.
“Buat akun media sosial yang benar-benar bisa menarik perhatian, baik akun pribadi maupun akun resmi band kami, @serigalamalam_official,” ujar Komeng.
Petrus menambahkan bahwa selain promosi lewat media sosial, festival musik multi-genre seperti Cherrypop adalah cara yang efektif untuk memperkenalkan band dan genre mereka ke pendengar baru, terutama jika line up band cadas seperti Serigala Malam diperbanyak. Selain itu, Reno juga menimpali dan berharap festival semacam ini bisa lebih sering diadakan agar musik cadas bisa terus eksis dan tidak kalah populer dibandingkan genre lainnya.
Meski algoritma media sosial lebih sering memviralkan lagu mendayu-dayu, Serigala Malam tidak anti sosial media. Mereka hanya belum terjun ke media platform yang banyak digandrungi kaum muda zaman sekarang seperti TikTok sebagai media platform untuk promosi.
“Kami yakin fans musik keras di Indonesia banyak, cuma strateginya yang beda,” ujar Komeng.
Saat tampil di Cherrypop, penonton Serigala Malam ternyata luar biasa banyak, bahkan melebihi band-band sebelumnya di hari kedua. “Saya sampai kaget lihat antusiasme penonton,” kata Komeng.
Saat lagu For The Unbroken dibawakan, circle pit semakin meliar. Komeng juga menyoroti bahwa band keras biasanya bikin moshpit atau circle pit yang sering kali menimbulkan debu berterbangan.
Ini bisa mengganggu kenyamanan penonton dan performa vokalis, jadi mereka menyarankan agar disediakan semprotan air untuk mengurangi debu. Hal ini menjadi masukan untuk para penyelenggara musik festival yang menghadirkan line up band-band cadas.
Dengan strategi yang tepat baik tampil di festival musik multi-genre seperti Cherrypop dengan memperhatikan aspek kenyamanan penonton maupun memaksimalkan dukungan media sosial, Serigala Malam yakin bisa terus bertahan dan berkembang di industri musik yang semakin kompetitif.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul:Â Serigala Malam