Kumpulan puisi ini: Orang-Orang Karangmalang, Jalan Keluar, dan Beri Aku Nyali ditulis oleh Faza Nugroho. Seseorang yang sedang belajar bahasa di Yogyakarta.
Orang-Orang Karangmalang
Malam ini seperti biasa,
beberapa batang pupus
di ujung lidah orang-orang
Lewat api dan bara,
kita lepas simpul perkara
Putaran searah jarum jam
dari dua belas ke dua belas
menggiring kita ke pintu neraka
Tumpahkan resah
dari gelas ke gelas
Air suci kami gilir perlahan,
kami telan,
kami tahan pahit dan getir tegukan
Penat seminggu penuh buat kami jenuh,
salah seorang mulai mengeluh
Dua hari terakhir sungguh kacau,
orang tadi kini sibuk meracau
Si bodoh berseloroh
soal hidup dan masa depan
yang ia rasa kian redup
Genang tangis mengenang dendam
yang ia redam dalam diam
Omong besarnya makin pelik
seperti kicau burung dalam sangkar
Ia hinggap dan lelap dalam peluk bumi
Tumbang raga menanggung ragu
Termenung dalam canda yang buatku candu
Waktu terus mengalir seturut takdir
Sejauh apa kuharus bertahan?
Bertahun lamanya
Yogyakarta, 2024
Jalan Keluar
Ini kali ke sekian kita bicara
Bermula pesan darimu yang kubaca:
Selamat malam
Kau bicara banyak layaknya bestari,
tapi kusembunyi seperti pencuri
Kau curahkan asa,
tapi kudiam seribu basa
Panjang bincang kita
Terkubur dalam endapan tanya,
padamu bertanya:
Aku siapa?
Kau mulai bicara angan
Kurasa anganmu adalah ingin
yang tuntas kutepati sebelum mati
Kalau malam usai
sering aku berjanji
esok pagi datang lagi
Kadang kubilang
maaf waktu kita sempit,
aku jemput bila sempat
Masih terhubung denganmu
yang termenung bisu
Pesan masuk beri tanda bahaya,
katanya pulsa anda segera habis
Sial buatku,
hati yang kadung jadi batu,
mata yang pura-pura buta
Kesal yang ada jadi sampah
dari sekian ucap sumpah
Kau tatap aku,
dilanjut titip salam terakhir,
kau tutup panggilanmu
Yogyakarta, 2024
Beri Aku Nyali
Secangkir berita segera dingin
Sakit di perut tambah parah
seturut letup kesal juga amarah
Kini tinggal sisa-sisa amarah
semua terlimpah di atas kertas ijazah
Kabar buruk tak henti ganggu aku seperti hantu
Sekarang bawa kabur aku dari kota ini
Terus terang
sabar tahunan yang kita tandur
mustahil tumbuh subur
Koran segera kugantung
begitu kering siap kugunting
Lumayan buat bungkus gorengan
Selembar karcis sirkus
sebotol kopi dan sebatang sandiwara
Menunggu awal bulan dan sambutlah sandikala
Anak-anak di seberang
bermain riang gembira,
“siapa dekat ia dapat,” ujar mereka
Sebelum hura-hura kemenangan,
desing peluru sudah sampai kepala
Babak baru perburuan kerah biru
telah dibuka
Semoga kita terbakar api neraka
sebelum kepala kita diincar negara
Sementara tukang jahit istana
tengah tali dan ikat tabiat jahat,
sepasang kekasih terpaku kaku padaku
Mata mereka
gejolak dendam tak kunjung padam
sebab tak dukung usaha mereka bersatu
Sepasang kekasih berutang budi
pada kawanan beruang
Dahulu mengemis simpati
sampai ganggu pejalan kaki
Sekarang mereka sibuk bagi-bagi kursi
Sepasang kekasih sialan!
Janji masa depan bersama?
Cerita usang mereka bawa kita
menuju derita panjang
Yogyakarta, 2024
Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Bima Chrisanto