Apakah kalian masih ingat dengan Cars, sebuah film animasi tentang mobil balap bernama McQueen yang tersesat di sebuah kota tua Radiator Springs? Radiator Spring dalam film tersebut merupakan tempat yang pernah menjadi persinggahan terpopuler sepanjang Route 66. Namun, karena pembangunan jalan antarnegara, Radiator Spring terhapus dari peta yang menyebabkan warga dan perusahaan di kota tersebut meninggalkannya.
Dari film tersebut, kita dapat belajar bahwa pembangunan memiliki dampak yang tidak hanya terjadi pada saat itu saja, melainkan juga dampak jangka menengah dan jangka panjang. Sejalan dengan dampak pembangunan, kehidupan arsitektur juga berpatok pada dampak-dampak yang memungkinkan bakal terjadi di masa depan dari berbagai macam aspek.
Sepekan Arsitektur merupakan salah satu program yang dikemas selama satu minggu oleh mahasiswa Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Tujuannya untuk memperkenalkan dan memperdalam wawasan masyarakat mengenai arsitektur. Dengan diadakannya pameran Sepekan Arsitektur, diharapkan pola pikir mahasiswa dan masyarakat umum dapat menjawab tantangan terhadap pembangunan yang akan terus berlanjut.
BACA JUGA: Tengaraan; Menarasikan Isu Lingkungan Kalimantan dalam Tubuh Tari
Tahun ini, Sepekan Arsitektur mengangkat tema “Tantangan di Masa Depan” dengan misi membentuk pola pikir tantangan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, kita sebagai akademisi diajak untuk lebih kritis dalam menghadapi keadaan yang terjadi di sekitar. Tema tersebut juga merupakan kritik bagi kebijakan pemerintah — untuk siapa sebenarnya sebuah kebijakan dibuat? — sehingga hal tersebut sejalan dengan sudut pandang seorang arsitek dalam menyelesaikan permasalahan dalam ranah pembangunan.
Joao Fernando adalah salah satu penggerak dari kegiatan tersebut. Dalam wawancara, ia menekankan bahwa masa depan itu bisa abstrak, bisa juga terkonsep. Tergantung dimana posisi kita sebagai akademisi dapat melihat masa depan tersebut. Joao juga mengimbuhkan bahwa dalam tugasnya, arsitek tidak hanya sebatas “asal jadi” mengerjakan rancangan pembangunan. Banyak kejadian di beberapa daerah yang bangunannya mengalami malfungsi atau kerusakan karena kesalahan dalam merancang.
Terdapat dua zona yang dipamerkan di Sepekan Arsitektur 2020 yang berupa opini-opini mengenai tantangan di masa depan. Dua zona tersebut dibagi menjadi opini terhadap dampak negatif dari pembangunan dan solusi yang ditawarkan untuk menghadapi pembangunan.
Selain pameran, Sepekan Arsitektur juga mengadakan berbagai macam workshop dengan mengundang alumni sebagai narasumber. Mereka juga melakukan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan di kampung Winongo, Yogyakarta. Di sana, mereka membuat taman herbal dari bambu.
BACA JUGA: Manik Bumi Puas Gelar Acara Ramah Lingkungan dan Bebas Sampah
Belajar dari Romo Mangun, beliau selalu menekankan sisi kemanusiaan pada setiap karya arsitekturnya. Dalam satu cuplikan bukunya, Romo Mangun menulis: manusia bersatu-alam dan ber-satu-hukum dengan dunia semesta fisik disekelilingnya, tetapi sekaligus mengatasi flora, fauna, dan alam materi belaka. Melalui Sepekan Arsitektur, perkembangan zaman yang semakin cepat memberikan tantangan untuk akademisi dapat memberikan rancangan yang tidak hanya memberikan dampak pada masa kini, namun juga dampak jangka Panjang.