Siasat Cherrypop 2024 Ciptakan Ruang Ramah Anak di Festival Musik

Dari Cherrykids, ini cara festival musik jadi ruang rekreasi sekaligus nyaman dan ramah bagi anak-anak.

Waktu menunjukkan pukul 14.35 WIB ketika aku menginjakkan kaki di Lapangan Kenari, Yogyakarta venue Cherrypop Festival 2024 (10/8). Terik matahari masih terasa menyengat tanpa kompromi. Meski hawa panas menyelimuti, tak membuat penonton menepikan diri. 

Tampak puluhan orang menikmati sajian musik di panggung Cherry Stage. Topi dan kacamata hitam menjadi senjata para penonton untuk menangkal panasnya mentari. Unit mediterranian punk asal Bandung bernama Sucka, mulai menghentak panggung utama itu di tengah siang bolong dengan musiknya yang cadas dan keras.

Tak jauh dari Cherry Stage, terlihat ada anak-anak kecil berlarian. Tampaknya, mereka juga turut merayakan perhelatan musik tahunan ini. Tak peduli panasnya siang hari, senyum berseri selalu tersemai di wajah mereka. Riang dan tawa anak-anak yang hadir barangkali menandakan tema besar Cherrypop 2024, yakni Selamet Bermusik, sukses dicapai. 

Selamet Bermusik dalam hal ini tak hanya untuk band-band yang merayakan karya atau karirnya, tetapi juga untuk semua orang yang datang dan bersenang-senang, tak terkecuali anak-anak. Gelaran Cherrypop 2024 kali ini, menempatkan anak-anak tidak hanya sebagai penonton yang ikut menikmati bersama orang tua mereka. Namun, anak-anak dipandang sebagai bagian dari perhelatan secara keseluruhan. Mulai dari ikut bernyanyi di atas panggung, hingga disediakan ruang ekspresi tersendiri.  

Bernyanyi dan Bersenang-senang

Ketika waktu menunjukkan pukul 17.01 WIB, salah satu panggung yakni Nanaba Stage disesaki ratusan orang. Beberapa menit kemudian, Skandal mulai memainkan musiknya. Tiba saatnya ketika lagu andalan mereka dibawakan, yaitu Lemon.

“Aku mau ngajak temenku buat nyanyi lagu ini,” ujar vokalis Skandal Siddha di atas panggung. 

Seketika, beberapa penonton tampak terkejut. Seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) naik ke atas panggung. Anak itu bernama Cheisa. Dengan diiringi musik, Cheisa langsung menyanyikan lirik reff Lemon

“Bagaimana bisa jika tak ada, bagaimana bisa jika tak nyata,” secara spontan, ratusan penonton ikut mengiringi dan bernyanyi bersama Cheisa. 

“Apa yang ku kejar, rasanya tak wajar, apa yang ku rasa sudah, biarlah,” Cheisa melanjutkan. 

Aksi panggung Skandal bersama Cheisa di Nanaba Stage (dok. Zhafran Naufal Hilmy)

Beberapa penonton lantas membuka kamera gawai mereka untuk mengabadikan momen tersebut. Setelah selesai, riuh tepuk tangan mengantarkan langkah Cheisa turun dari panggung. 

Keikutsertaan anak-anak dalam perayaan musik waktu itu ternyata tak hanya terjadi satu kali. Masih di panggung yang sama tempat Cheisa ikut bernyanyi, hal serupa juga dijumpai saat unit celtic punk lawas asal Yogyakarta, The Cloves and The Tobacco (TCATT), beraksi. 

Ketika intro dimainkan, dan sorot lampu panggung mulai memancar, anak-anak hadir di atas panggung kala Pure and Innocent dilantunkan. Tiga orang anak berlari-lari kecil, berdansa, dan bernyanyi dengan alunan irish folk ala TCATT. Lagu itu adalah bagian dari album yang dirilis pada 2016 silam dengan tajuk ‘Across the Horizon’. 

Seperti judulnya, Pure and Innocent menceritakan kehidupan anak-anak yang polos, penuh keceriaan, dan jauh dari kebohongan serta kemunafikan. Munculnya anak-anak di atas panggung seakan ingin menyiratkan, kehidupan anak kecil tak bisa dijauhkan dari kesenangan, dan keceriaan. TCATT berhasil menunjukkan itu di Cherrypop Festival 2024.  

Ruang untuk Anak dalam Festival Musik

Festival musik yang menjadi meeting point anak muda pegiat skena ini, telah menginjakkan umurnya yang ketiga. Pada tahun ini, Cherrypop melahirkan gebrakan yang cukup menarik, yaitu aktivasi kegiatan untuk anak-anak. Mereka diberi ruang khusus untuk tetap bisa bersenang-senang di antara crowd ribuan orang yang ada di festival musik. Ruang itu bernama Cherrykids. 

“Cherrykids adalah bentuk aktivasi yang ramah anak. Kami menyediakan ruang khusus untuk kegiatan mewarnai dan menggambar,” terang Arsita Pinandita selaku Creative Director Cherrypop, saat di temui di ruang maya (17/8). 

Ia menambahkan, munculnya ide penciptaan Cherrykids, berangkat dari keresahan, dalam festival musik hampir tidak ada ruang untuk anak-anak. Tak jarang juga, anak-anak merasa tidak nyaman ketika berada di keramaian. 

Dalam hal ini, Cherrykids mengundang Artclass Cikgu untuk membantu membentuk ruang ramah anak. 

“Artclass Cikgu adalah komunitas yang fokus pada pendidikan seni bagi anak-anak, yang memang juga teman-teman satu kampus saya,” lanjut pria yang biasa disapa Mas Dito ini. 

Aktivasi yang dilakukan adalah merespons dengan cara mewarnai artwork Cherrypop 2024 karya Dwiky K.A. Kertas ukuran A4 dan pewarna pastel serta cat air disediakan dalam both yang berada di samping Ruang Laktasi dan Ibu Hamil. 

Uniknya, booth Cherrykids tidak pernah sepi selama dua hari, selalu ada keluarga dan anak-anak yang berdatangan. Sekurang-kurangnya, ada ratusan anak yang datang selama perhelatan Cherrypop 2024. Salah seorang Cikgu, panggilan untuk pengajar di Artclass Cikgu membagikan ceritanya. 

“Banyak keluarga yang datang ke sini, anaknya pengen mewarnai atau menggambar. Sekitar 150-an anak yang datang kemari,” cakap Cikgu Justina bercerita (11/8). 

Menurut dia, ruang-ruang seperti Cherrykids harus diperbanyak, karena anak-anak juga berhak untuk bersenang-senang dengan cara mereka. 

“Karena kebetulan kami deket dengan lingkungan gigs dan musik, kami pikir harus melibatkan anak-anak dalam acara seperti ini,” lanjutnya bercerita sembari sayup-sayup terdengar lagu dari Risky Summerbe & The Honeythief. 

Momen seru anak dan keluarga di depan Laidback Cherry Gigs Stage (dok. Cherrypop 2024)

Tujuan Artclass Cikgu hadir adalah agar anak-anak bisa menikmati waktunya sendiri dan enjoy dengan apa yang dilakukan. Selain itu, mencoba untuk menjadi titik tengah antara anak dan orang tua. 

“Orang tua nonton musik, anak mewarnai. Jadi yang seneng dua-duanya,” ujarnya sembari tersenyum. 

Cherrykids mungkin berhasil memberikan ruang bagi anak-anak yang jarang diperhatikan dalam festival musik. Tujuan untuk mencoba membuat sebuah festival yang bisa dinikmati bersama, tampaknya sudah terwujud. Senada dengan apa yang dikatakan Dito sebelum mengakhiri obrolan. 

“Dengan hal itu, suasana konser musik tidak hanya menjadi ruang rekreasi para penontonnya, tetapi juga nyaman dan ramah bagi anak-anak. Akhirnya, Cherrypop 2024 bisa menyenangkan untuk dirayakan bersama keluarga,” tutupnya. 


Editor: Agustinus Rangga Respati
Foto sampul: The Clove and The Tobacco

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts