Yes No Klub Boyong Musik Eksperimental ke Pestapora 2022

Uwalmassa tampil hari ketiga (25/9) di Pestapora 2022. (SudutKantin/Damian Sallis)

Yes No Klub menawarkan suara-suara baru yang belum pernah terdengar di festival musik sebelumnya melalui Klab Klub Stage di Pestapora 2022.


Yes No Klub mentas di Jakarta. Salah satu bagian dari netlabel Yes No Wave Music asal Yogyakarta ini menambah semarak di tengah ingar bingar pertunjukan musik Pestapora 2022. Dengan otoritas penuh atas Klab Klub Stage, Yes No Klub mencoba menawarkan suara-suara baru yang mungkin belum pernah terdengar di festival musik kebanyakan.

Berlokasi di Gambir Expo Kemayoran, area ini nyaris tidak pernah absen jadi tempat pertunjukan musik berbasis festival dihelat. Kendati bisa disebut berada di pinggir wilayah DKI Jakarta, tempat ini masih jadi salah satu yang paling nyaman untuk festival musik macam Pestapora 2022 ini.

Sudut Kantin Project mendapatkan kesempatan untuk bebicara dengan penggagas Yes No Wave Music, Wok The Rock, sebelum Klab Klub Stage dimulai hari, Sabtu (24/9/2022).

Sebagai gambaran, Yes No Wave Music melalui Yes No Klub menghadirkan sebuah panggung 360 derajat menjadi salah satu bagian dari Pestapora 2022. Musik yang dihadirkan adalah musik eksperimental dari netlabel Yes No Wave Music dan beberapa artis dari luar negeri.

Awalnya, Director Pestapora Kiki Aulia Ucup menemui Wok The Rock untuk mengundang Gabber Modus Operandi (GMO) manggung di Pestapora 2022. Asal tahu, Wok The Rock juga dikenal sebagai manajer dari duo musik elektronik asal Bali tersebut.

Ucup sapaan karibnya, kemudian mendadak berubah pikiran dan justru ingin mengajak Yes No Wave Music untuk mengelola satu panggung khusus.

“Tapi ya kalau Yes No Wave artisnya akan sangat terbatas, jadi aku pakai Yes No Klub saja yang memang salah satu divisi Yes No Wave untuk pertunjukan musik,” cerita Wok The Rock.

Sore itu, panggung Klab Klub Stage yang dikelola Yes No Klub sedang bersiap memulai pertunjukannya di hari kedua Pestapora 2022. Tampak perangkat pelantang masih dicek dan mesin kabut dipastikan berfungsi.

Di tangga panggung, Wok The Rock berbagi cerita tentang hal-hal yang diusung dalam panggung melingkar berbentuk persegi ini.

Panggung Klab Klub Stage ini berada di sebuah kawasan oval di balik gerai-gerai tenant Pestapora berada. Kalau Anda penonton film penyihir Harry Potter, panggung ini layaknya Diagon Alley yang tersembunyi tetapi menyimpan suasananya sendiri. Pun tentu saja, keduanya memiliki banyak sihir di dalamnya.

Memasuki sebuah celah di antara bangunan tenant, Klab Klub Stage berdiri di tengah ruang terbuka. Ukuran panggung sendiri mungkin hanya sekitar 5 x 5 meter. Ide panggung 360 derajat ini, awalnya berasal dari Ucup. Kemudian, Wok The Rock menyesuaikan perangkat suara dengan konsep panggung agar penonton dapat mendengar dari segala penjuru panggung.

Seniman Wok The Rock, founder Yes No Wave Music. (SudutKantin/Agustinus Rangga Respati)

Eksplorasi Panggung 360 Derajat

Jauh sebelum panggung itu berdiri, tadinya Yes No Wave diberi mandat untuk merancang pertunjukan dengan suasana klub. Namun demikian, tempat yang ditawarkan kurang dapat memenuhi kebutuhan teknis dan visual yang diusung musik Yes No Klub.

“Awalnya ruangannya pendek dan semuanya kaca, bisa getar semua, meskipun bisa ditutup nggak cocok untuk suasana klub. Makannya diberi area ini, cuma malah terlalu besar untuk Yes No Klub,” terang dia.

Demi menyiasati area yang dinilai terlalu luas, Wok The Rock kemudian menjejerkan scaffolding alias perancah setinggi tiga tingkat mengelilingi area tersebut. Perancah ini seketika membuat suasana di area ini sangat industrial. Hal itu disebut Wok The Rock cocok dengan kebanyakan musik yang akan ditampilkan di panggung, keras.

“Orang Jakarta kan setiap hari biasa melihat yang industrial, ini dikasih yang industrial lagi, biar nggak ada istirahat,” kelakar Wok The Rock.

Lagipula, area ini dinilai terlalu resmi dan menurut istilah Wok The Rock “gedung pemerintah banget”, jadi ia percaya perlu sedikit sentuhan yang membuat suasananya raw.

Kesan industrial diperkaya dengan hadirnya ornamen seng yang dibubuhi dengan puisi-puisi milik Handoyo Purowijoyo dan Gunawan Maryanto. Beberapa seng di antaranya juga memuat frasa-frasa milik vokalis FSTVLST, Sirin Farid Stevy.

Puisi-puisi tersebut dipulas dengan cat berwarna fluorescent macam hijau, jingga, dan biru. Tujuannya, agar warnanya dapat menyala saat disorot tata cahaya panggung.

Bosan dengan penggunaan layar di belakang panggung, Wok The Rock mencoba bermain tata cahaya dengan ekletik. Pilihan jatuh pada sebuah kolektif asal Bandung yang menekuni tata cahaya bernama Convert Textured ID. Mereka kemudian mengambil kemudi urusan tata cahaya di Klab Klub Stage.

Denyaran adalah kesan yang langsung bisa ditangkap begitu memasuki arena panggung ini. Secara kasatmata, suasana area ini cenderung gelap. Namun, ketika penonton berdiri di sana dalam durasi cukup lama, ia akan menyadari begitu banyak instalasi lampu yang dipasang di sekujur area tersebut. Tak ketinggalan semua simbol “tidak sama dengan” dari batang led sebagai representatif Yes No Klub tergantung di atas panggung.

Di sekeliling area itu dipenuhi lampu kotak yang bersembunyi di belakang perancah. Sedangkan, di tepi tiang-tiang panggung terdapat lampu laser berwarna merah yang dinamis dan dalam koreografi tertentu mampu membuat panggung tak ubahnya seperti ring tinju.

Tentu saja yang paling mencuri perhatian adalah kehadiran dua lampu tembak yang diletakkan di atas gedung. Sorotannya ke panggung mampu menghasilkan lorong -lorong cahaya lengkap dengan efek kabut di dalamnya. Pada kesempatan lain, dua lampu itu bisa membuat efek ombak tiga dimensi hadir melayang di atas panggung.

Pengalaman melihat tata cahaya di Klab Klub Stage dengan konfigurasi sedemikian rupa mungkin sulit dirasakan dalam bentuk panggung dan area lain di luar sana.

Toh, entah efek dari bentuk panggung yang 360 derajat atau bukan, kualitas suara yang dihasilkan di area itu berada di atas rata-rata.

Sarana tampil hari ketiga (25/9) di Pestapora 2022. (SudutKantin/Agustinus Rangga Respati)

Kurasi dan Ramuan Artis Eksperimental

Tentu saja semua ingar-bingar di panggung itu tidak akan jadi bermakna tanpa kehadiran artis-artis yang unjuk mentas di atasnya.

“Aku selalu pengen menunjukkan musik-musik yang baru, yang punya karakter kuat, ada eksperimennya. Musik yang punya sisi kelokalan, itu sih kurasi awalnya,” urai Wok.

Pun begitu, ia tak serta merta menggelontorkan artis-artis tersebut di atas panggung. Ada beberapa pertimbangan lain yang diukur, mengingat ini adalah acara Pestapora yang konsepnya umum dan universal.

Berangkat dari sana, ia meracik penampil dengan komposisi sebanyak 60 persen musik eksperimental dan sebanyak 40 persen dapat dikategorikan lebih umum.

“Jadi ada yang agak nge-pop, agak umum, party, misalnya Asep Nayak, Herman Barus, dan Barakatak,” tutur dia.

Dari rundown yang ada, total terdapat 20 artis yang dibawa Yes No Klub ke Klab Klub Stage di Pestapora 2022. Meskipun tidak rigid, setiap harinya Wok The Rock punya ramuan sendiri untuk menyusun jadwal siapa yang akan unjuk kebolehan.

Lebih rinci ia menjelaskan, hari pertama penonton bakal disuguhi dengan musik yang punya nuansa lebih lokal dan koplo. Sebab itu, artis macam Barakatak, Raja Kirik, dan Rani Jambak didapuk mengisi panggung hari pertama.

Sementara hari Sabtu, suasana Klab Klub Stage dibuat lebih keras dengan hadirnya Setabuhan, Misantrophy Club, Rempit Goddess, sampai Gabber Modus Operandi.

“Pokoknya Sabtu itu kuenceng, heavy, nge-rock, harsh,” kata Wok.

Sementara Minggu sebagai hari terakhir, musik yang dipentaskan tidak terlalu sulit. Namun, juga tidak berarti akan jadi easy listening.

Wok menjabarkan, hari Minggu bakal diawali dengan musik yang lebih keras terlebih dahulu. Baru kemudian rangkaian Klab Klub Stage ditutup dengan party dengan kehadiran Asep Nayak dan Herman Barus.

Selain artis dari Indonesia, Yes No Klub juga mengundang artis dari Malaysia Rempit Goddness, Ran Cap Duoi dari Vietnam, dan musisi dari Filipina.

Untuk artis dari luar negeri, Wok tetap berpegang pada musik yang memiliki unsur ekspermental dan bercorak kelokalan.

“Misalnya hari Jumat kemaren ada Obese.dogma777. Dia main funkot-nya Filipina, namanya Budot di sana,” terang dia.

Lebih jauh, Wok The Rock menjelaskan misi yang dibawa Yes No Klub kali ini tidak jauh dari memperkenalkan bentuk musik yang galib didengarkan, terutama untuk masyarakat di Jakarta.

Apalagi musisi yang diundang di Pestapora sudah disesaki oleh artis dari Jakarta, Bandung, dan kota-kota di Pulau Jawa saja.

Yes No Klub sendiri mencoba memancang radar yang lebih luas dengan artis yang berasal dari Pontianak, Bali, Medan, hingga Papua.

“Ya ini kan sebenarnya mau menghancurkan fasisme budaya Jawa dalam hal musik,” ungkap dia sambil tertawa.

Klab Klub Stage yang hadir di Pestapora 2022 telah jadi ruang berekspresi sekaligus memperkenalkan musik eksperimental bagi artis-artis yang menjajal suasananya.

Berikut ini adalah daftar artis yang manggung di Klab Klub Stage yakni Julian Abraham ‘Togar’, Juan Arminandi, Rani Jambak, Raja Kirik, Obese.dogma777, Barakatak, Mairakilla, Preachja, Ran Cap Duoi, Kuntari, Setabuhan, Misantrophy Club, Rempit Goddness, Gabber Modus Operandi, Sarana, Uwalmassa,  Darkeys & The Keys, Kadapat, Asep Nayak x Nikolas Nayak, dan Herman Barus.

Aksi adu jurus Setabuhan dipandu oleh Beksi Tradisional H. Hasbullah di Pestapora 2022, Minggu (25/9). (SudutKantin/ Agustinus Rangga Respati)

Harga Mahal Klab Klub Stage

Setelah melihat keseluruhan runtutan acara dan daftar panggung Pestapora 2022, saya memang berencana untuk menyambangi beberapa penampilan di Klab Klub Stage.

Nama-nama seperti Gabber Modus Operansi, Setabuhan, Raja Kirik, Asep Nayak, dan Barakatak lumayan karib di telinga. Namun begitu, soal melihat mereka mentas di panggung adalah salah satu bentuk kesulitan dalam hidup yang lainnya.

Sebenarnya semua penampil di Klab Klub Stage bakal sulit ditemui di festival-festival musik kebanyakan di Ibu Kota. Alih-alih di festival musik, nama-nama mereka juga barangkali sulit ditemukan pada platform streaming musik.

Meskipun ada, pengalaman mendengarkan musik Setabuhan di kamar dibandingkan dengan aksi panggung adu jurus antara Rully Shabara dengan kostum Security dan penonton, tentu tak bisa disandingkan.

Atau, mendengarkan Asep Nayak lengkap dengan tari-tarian asal Papua tentu akan lebih meninggalkan kesan. Sembari tentu saja berjoget tipis-tipis untuk mengimbang pengeras suara yang sampai ke dada.

Untuk sebuah panggung eksperimental di tengah gempuran musik indie dan populer di Pestapora 2022, pengunjung yang datang ke Klab Klub Stage tidak bisa dibilang sedikit.

Setiap artis memunculkan kerumunan penonton yang berbeda. Barakatak membuat area penuh sesak. Mairakilla mengaktivasi panggung 360 dengan kerumunan yang lebih ekpresif.

Penampilan Gabber Modus Operandi jelas dinanti-nantikan warga Jakarta. Kuntari membawakan set Larynx yang diakuin belum pernah dipentaskan dengan terompetnya. Herman Barus tentu saja membawa keceriaan sendiri dengan suasana pesta yang meriah.

Banyak penonton yang datang dengan membawa pertanyaan di raut wajahnya, tetapi dapat bertahan cukup lama dengan keingintahuannya. Pada menit kesekian, mereka mulai berjoget menikmati apa yang ditawarkan Klab Klub Stage.

Sedang lainnya, tampak sudah paham betul akan menonton siapa dan tentu saja dapat menikmatinya. Jenis-jenis penonton ini yang kemudian berbaur dan saling bertukar pandang di area itu.

Toh, tujuan Yes No Klub memperdengarkan musik eksperimental ke telinga warga Ibu Kota bisa dibilang sukses. Festival ini, sekaligus berhasil menjadi wahana untuk penonton memperlebar penerimaan bebunyian di telinganya.

Editor: Tim Editor Sudutkantin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts