Melancholic Bitch alias Melbi mendapat julukan sebagai band mitos. Bukan asal sebut, untuk urusan manggung, mereka terbilang sangat jarang. Setahun sekali sudah bersyukur. Sebagai penggemar baru musik Melbi, saya merasa mereka patut dinanti aksi panggungnya.
Kamis (13/2), akhirnya saya berjodoh untuk melihat langsung aksi panggung Melbi di Yogyakarta. Beruntung! 300 tiket yang disediakan Liberates Creative Colony ludes tak sampai hitungan jam. Menonton aksi panggung di Youtube saja bisa membuat saya ingin moshing, apalagi secara langsung. Betapa bahagianya saya menjadi bagian #Melbimanggunglagi dan #samamasDanto. Rasa bahagia itu lantas membuat saya selama seminggu mendengarkan dan mencoba menghafal setiap lagu Melbi, tentunya ben iso melu nyanyi.
Konser ‘reuni’ Melbi dibuka dengan lantunan musik dari musisi folk yang sama-sama berasal dari Yogya yaitu Mas Danto, Sisir Tanah. Penampilan Sisir Tanah diawali dengan Lagu Pejalan dan diakhiri dengan Lagu Romantis. Betapa beruntungnya saya karena kali pertama juga di acara ini, saya bisa melihat musisi folk ternama asal Jakarta, Jason Ranti. Pria yang biasa dipanggil Jeje ini turut memeriahkan penampilan Sisir Tanah walaupun hanya pada nomor Lagu Romantis. Penampilan dua musisi folk ini membuat saya senang bukan main. Itung-itung nyicil nonton Proyek Bahaya Laten, hehehehe…
Aksi Panggung yang Dramatik
Tanpa basa-basi ‘band mitos’ tersebut langsung naik ke atas panggung setelah Lagu Romantis. Saya rasa, menunggu mereka seperti melihat hantu yang tiba-tiba muncul di hadapanku. Terdiam, tidak bisa lari, tapi tidak takut – senang bukan main. Jantungku terasa mengikuti irama hentakan drum yang perlahan menghantarku masuk ke sebuah roket luar angkasa. Tujuh belas lagu dimainkan malam itu, “Asuuu, sangar tenan!!!!” kata seorang temanku yang juga pertama kali menyaksikan band mitos ini. Seluruh penonton sepertinya larut dalam rasa rindu merayakan bercinta bersama Melbi. Tak ada satu lagu pun yang penonton tidak bernyanyi, headbang, moshing, dan berteriak ”Ugoo, I love you!!!”. Ugoran Prasad adalah seorang vokalis karismatik yang aksi panggungnya sangat dramatik. Bagaimana tidak? Di sela-sela jeda pergantian lagu, ia seolah-olah berakting sedang berbicara via telepon dengan seseorang, “Halo, selamat malam, apa kabar?”.
BACA JUGA: Kebisingan Jogja Noise Bombing 2020
Selain itu, Ia juga membangun sebuah narasi dramatik pada setiap penampilannya. “Halo, Pak Presiden. Mohon maaf, kami tidak ada waktu untuk berdebat.” atau “Halo, Saudara, kami tidak ada waktu berdebat dengan saudara”. Suasana terasa sangat menyenangkan malam itu. Melbi berhasil membius penonton untuk menikmati setiap lagu mereka. Mendengarkan, menanti, dan menebak lagu apa lagi yang akan dibawakan membuat saya merasa terbang melewati atmosfer untuk mencapai angkasa.
Perencanaan songlist sepertinya memang sangat dipersiapkan seperti sebuah pertunjukan teater. Pemilihan lagu seperti alur sebuah pertunjukan. Penonton diajak untuk menikmati lagu-lagu yang tergolong santai pada awal; Pagar, Akhirnya Masup Tipi, Norma Moral, dan 7 Hari Menuju Semesta. Hasrat untuk moshing dan headbang muncul ketika pertengahan ‘reuni’ Melbi. Lagu-lagu seperti Distopia dan Tentang Cinta, berhasil membawa penonton melonjak kecil. Sementara lagu berikutnya berjudul 6.666, Cahaya Harga, dan Dapur, NKK/BKK mengantar saya pada klimaks pertunjukkan Melbi.
BACA JUGA: Manik Bumi Puas Gelar Acara Ramah Lingkungan dan Bebas Sampah
Anti klimaks pertunjukan terjadi pada lagu Bioskop, Pisau Lipat, Dinding Propaganda,dan Selat, Malaka. Pertunjukan malam itu ditutup dengan lagu Sepasang Kekasih yang Bercinta di Luar Angkasa, Menara, dan Nasihat yang Baik. Setelah semua lelah ber-moshing ria, semua penonton seolah didinginkan dengan lirik Nasihat yang baik. “Susi ingin tidur. Susi lelah bermain seharian, Susi terlalu lelah jalan-jalan, terlalu lelah, maka tidurlah!”
Tak banyak yang bisa kutuliskan mengenai pecahnya malam itu. Akhir kata, terima kasih telah membawaku merasakan untuk pertama kalinya bercinta di luar angkasa. Semoga kita berjodoh lagi. See you.
Editor: Agustinus Rangga Respati
Foto: Andi Afro