Kita Hanya Perlu Istirahat; Kumpulan Puisi Lintang Kumala

Kita Hanya Perlu Istirahat
Ilustrasi: DESORDENARÉ LAS LLUVIAS

Kumpulan puisi ini; Malam Minggu, Kita Hanya Perlu Istirahat, dan Ulang Tahun Cinta, ditulis oleh Lintang Kumala. Perempuan sunyi yang hobi merawat ingatan. Bisa dijumpai lewat IG @kopihitam12. Mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni UNY, berkegiatan di UNSTRAT (Unit Studi Sastra dan Teater).


Malam Minggu

Di hari yang pucat oleh mendung dan khianat,
doa-doa menyeberangi sungai-sungai dan memelukmu.
Tiga puluh hari sebelum nanti bertemu denganmu
Aku sudah menyiapkan segalanya,
lebih tepatnya sedang berusaha mengarahnya:
Membantu ibu memasak
Menyiram tanaman
Menyapu halaman
Tak lupa juga merawat ingatan.
Rasanya tidak ada cita-cita yang lebih besar selain kita
hidup berdampingan.

Namun.
Pada Sabtu malam
di musim penghujan.
Aku melihatmu sedang dalam pelukan, yang tentu bukan lenganku.
Sebab aku berada di kampung halaman
Sedang kau di tanah perantauan.
Kekasih.
Jangan biarkan hujan badai mengepungku sendiri
Dinginnya tidak terbendung
Rasanya seperti dihunjam mati berkali-kali
Aromanya semakin mengingatkanku pada nyala sepasang mata,
pada kesunyian kita.

Hujan turun dengan lebatnya.
Kuintip dari balik jendela,
ternyata banjirnya meluap sampai ke dalam dada.

O, Cintaku.
Rasa kangenku akan menjadi mantra yang memutar
seluruh adamu, tapi tidak dengan adanya.
Pada kenyataannya, api cemburu terus memantulkan
segala luka yang tiada sisa.

 

Kita Hanya Perlu Istirahat

1
Di tanah kelahiran kita
Manusia tidak bisa lagi merahasiakan derita.
Sebagaimana bencana datang tiba-tiba,
tanpa memberi aba-aba

2
Lalu di tepi jalan
Orang-orang tak lagi berhamburan
Kesedihan di mana-mana
Memenuhi wajah kota.
Aku tak lagi mampu membedakan dari mana asal
suara yang meronta-ronta

3
Tapi di kamar ini, Kekasih
Perhitungan-perhitungan
Lumatan-lumatan
Kemungkinan-kemungkinan yang ada tak kan pernah sirna
Lagipula aku menghapus seluruh jeda, agar kita bisa menuntaskannya
Pada perkara yang tak bernama
Jarak tidak menyelamatkan apapun,
kecuali rindu yang kian tertimbun

4
Sementara kesunyian ialah lampu yang menolak
dinyalakan
Jika kau menyalakannya, kau akan mendapati
kesepian yang lebih gelap dari masa sebelumnya.
Maka kupilih sepasang bola mata.
Yang kuyakini kelak, matari akan terbit dari sana.

5
Dari kejauhan
Kegelisahan menumbuhkan luka pada siapa saja
Tapi, Cintaku
Di tengah wabah yang menimpa kita.
Kusarankan agar kau menyimpan rindu dalam saku celana
Agar kelak,
Tak hanya peluk dan air mata yang jadi saksi
perjumpaan kita.
Setelah bumi mengalirkan kembali degupnya

6
Sayang,
Kita hanya perlu istirahat
dari segala penat
yang membuat hati tersesat

 

Ulang Tahun Cinta

1
Selamat ulang tahun, Kekasih.
Hari demi hari adalah liku terjal sebuah perjalanan yang ternyata sanggup kau lalui dengan tenang.
Maka aku ingin merayakan dengan megah pesta
Namun kuurungkan niatku yang tergesa.

2
Cintaku,
Duduklah di sini barang sebentar
Biar kuceritakan perihal luka serta cinta yang membuat kekacauan dalam kepala
Kusemogakan padamu  kebahagiaan berumur panjang
Senyum rumpang
Dan kesedihan yang lengang.
Lalu di garis wajahmu, sungai jernih mengalir syahdu
Berenang doa-doa
Serupa mantra pada Pencipta.

3
Kekasih,
Daun-daun luruh
Musim dan cuaca bergemuruh
Meninggalkan kita pada sembahyang gigil di ujung usia.

4
Jika esok tak kutemui kau pada hari dan tanggal yang sama
Setidaknya kau tahu
bahwa cintaku selalu menentang arah bencana dalam dada kita,
bahkan pada wabah yang sedang menimpa.

5
Aku ingin jika kematian lebih dulu mengincarku
Kau tetap hidup sebagai seorang yang tak pernah kehabisan cinta
dan pada perjumpaan di nirwana, kita bisa merayakan ulang tahun bersama.

 

Yogyakarta, 18 Maret 2020

 

Editor: Agustinus Rangga Respati

 

Artikel Terkait:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Lagu Paling Tidak Direkomendasikan saat Ada Larangan Pulang Kampung

Next Article
Fanatisme dalam Selera Musik

Fanatisme dalam Selera Musik

Related Posts