Selamat datang 2021! Ini artikel favorit kami sepanjang tahun 2020! Karena memang tidak perlu banget untuk mengingat luka-luka yang terjadi sepanjang tahun 2020, maka di penghujung tahun ini kru Sudut Kantin Project mencoba memilih beberapa artikel yang menurut kami masing-masing cukup berkesan dan lumayan favorit untuk dibaca berulang-ulang. Ini bukanlah grafik yang secara sahih menasbihkan artikel-artikel terpilih sebagai yang terbaik dari yang lain.
Ada banyak sekali artikel yang menjadi favorit setiap kru. Setiap cerita tidak bisa tidak, pastinya selalu membawa cerita-cerita yang berkesan. Artikel yang kami pilih ini hanyalah sebagian kecil dari cerita-cerita yang berkelindan di sudutkantincom.
Dan memang sudah semestinya, kami ingin mengucapkan terima kasih atas urun tangan teman-teman penulis dan pembaca yang masih berkenan menggulung layar digital hingga singgah ke rumah kami ini.
Selamat membaca dan merayakan 2021!
1. Kebisingan Jogja Noise Bombing 2020 (Jurnalisme Warga) | 30 Januari 2020
“Jogja Noise Bombing Festival 2020 pada hari pertama sungguh menawarkan pengalaman menikmati musik dengan genre yang berbeda dari selama ini didengarkan masyarakat. Kebingungan, tutup telinga, dan raut wajah tidak suka menjadi respon yang dirasa wajar atas pengalaman baru dalam mendengarkan musik dengan warna yang berbeda.” –
Arlingga Hari Nugroho:
Artikel ini adalah artikel pertama dari 171 artikel yang terbit di sudutkantincom di tahun 2020. Saya ingat betul masa-masa awal Sudut Kantin Project ngusung-ngusung menyiapkan dirinya. Salah satunya adalah artikel ini. Singkat cerita, saya merayu dan mengiming-imingi beberapa teman untuk menulis artikel yang nantinya akan dipublikasikan di sebuah web alternatif-hurahura-tak tertandingi yang akan saya buat. Dan ternyata benar saja, artikel ini ternyata lebih dulu ada daripada website itu sendiri. Hahaha!
Artikel ini ditulis oleh Mas Christian Adi Nugroho dan foto diabadikan oleh Mas Daniel Yosta. Dua dari sekian sahabat saya yang berhasil saya perdayakan. Suwun ya, lur! Hahaha!!
2. Pedoman Sederhana Menikmati Surabaya ala Silampukau (Esai) | 11 Februari 2020
“Bahwasanya Kota Surabaya tidak hanya berisi taman yang indah, upah minimal regional yang tinggi, dan keteraturan kota yang banyak disandingkan dengan negeri seribu satu larangan (Singapura). Namun, seperti judul album duet gitar bolong ini, Surabaya juga bercerita tentang kota, dosa, dan kenangan.” –
Leonardo B. Yudhapratama:
Melalui artikel ini, saya diperkenalkan isi Surabaya dan tiap ceritanya. Melalui lagu-lagu dari Silampukau dan realitas atas kota Surabaya yang diceritakan ulang oleh Mas Christian Adi Nugroho a.k.a Kexeng, kebayang banget Surabaya seperti apa, meskipun belum pernah main kesana.
3. Problematika Remaja dan Langkah yang Perlu Kita Buat (Esai) | 20 Maret 2020
“Masa remaja adalah masa penting untuk menentukan jati diri seseorang. Namun, terkadang banyak hal malah menjerumuskan mereka ke jalan yang merugikan diri mereka.” –
Agustinus Rangga Respati:
Tulisan ini adalah karya seorang anak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sejauh saya tahu, ini penulis termuda di sudutkantincom. Beberapa penulis SMA belakangan muncul, dan itu menggembirakan.
Tentu saja bukan hanya karena datang dari penulis muda maka artikel ini menjadi favorit saya. Namun, bagaimana ia memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya yang jadi penentu. Yang juga menambah ketakjuban saya adalah, tulisannya rapi secara struktur dan menunjukan kejernihan pikiran seorang siswa SMP.
Kalau Anda baca lagi artikel ini, semangat yang dia punya juga patut diacungi jempol, yakni semangat kolaborasi. Tentu saja, mengutip omongan Ahmad Tohari, manusia telah memasuki masa post-humanism, sebuah keadaan ketika kita tidak dapat hidup tanpa orang lain. Termasuk sudutkantincom yang tidak bisa terus berdiri tanpa pembaca setianya.
4. Irama Nusantara, Menyelamatkan Rilisan Musik Populer Indonesia (Esai) | 11 Juni 2020
“Selama tujuh tahun berjalan, Irama Nusantara telah menjalankan banyak kegiatan untuk terus berusaha membangun jembatan pengetahuan antara masyarakat musik sekarang dengan sejarah musik populernya. Tentu ini di sisi lain dapat juga dimaknai sebagai usaha untuk menggali kepribadian bangsa.” –
Endy Langobelen:
Saya memilih esai tersebut karena beberapa alasan. Menurut saya esai yang ditulis oleh Agustinus Rangga Respati ini memiliki gaya bahasa yang yang tidak membosankan. Esai ini cukup kaya akan kosakata. Berbagai istilah dalam dunia musik yang dipakai pun sangat mewakili topik yang diangkat.
Pada saat masuk ke ruang editor, esai ini memiliki tata bahasa yang paling sedikit diedit (btw terima kasih sudah meringankan tugas editor). Artinya bahwa secara penulisan, tulisan ini sudah begitu matang untuk diterbitkan kala itu.
Topik yang diangkat juga saya rasa cukup penting, yakni soal perjuangan mengarsipkan musik populer Indonesia yang dilakukan oleh Yayasan Irama Nusantara (YIN). Esai ini pun bisa menjadi referensi yang baik bagi siapa saja yang ingin mengenal YIN. Kenapa? Karena tulisan ini cukup dalam membahas tentang YIN dan seluk-beluknya.
5. Catatan Lepas Setelah Membaca Na Willa (Resensi) | 4 Agustus 2020
“Dalam catatan ini, sedikitnya ada dua hal yang saya beri garis terang setelah membaca Na Willa: pengalaman ras dan identitas anak, serta agensi anak untuk memahami dunia yang rumit dan penuh dengan masalah yang tidak terselesaikan.” –
Kabrina Rian:
Na Willa adalah salah satu novel yang sudah sejak lama membuat saya penasaran. Melalui catatan lepasnya, Gabriela mengingatkan saya untuk mengurangi jajan kopi dan menyisihkan uang untuk bisa membeli buku.
Christian Adi Nugroho:
Saya tidak tau kriteria resensi atau ulasan buku yang bagus yang gimana, tapi yang ini salah satu favorit saya. Biasanya saya kalo abis baca resensi atau ulasan buku malah jadi malas baca bukunya. Karena resensi atau ulasannya menurut saya malah jadi kaya ringkasan bukunya sendiri, terlalu banyak informasi dari bukunya jadi malas baca. Tapi kalo yang ini saya malah jad beli bukunya yang pada awalnya malah ga tau ada buku ini.
6. Bra, Solusi Kapital Meredam Histeria Massa (Esai) | 11 Agustus 2020
“Lucunya, saya menemukan paradoks dalam konstruksi tersebut: kalau memang bra diciptakan untuk mengandangi penampakan badaniah perempuan yang konon katanya berbahaya, lantas mengapa banyak variasi ‘bra cantik’ yang justru membuat payudara tampak makin yahud dipandang? ” –
Amanda:
Membaca artikel ini seperti melihat ketimpangan berlapis dalam otoritas tubuh perempuan itu sendiri. Saya selalu tertarik dengan pembahasan artikel mengenai ketimpangan gender yang terjadi di sekitarnya.
7. Flaneur, Jalan-jalan tanpa Tujuan Menutup Tahun 2020 (Lipstil) | 22 Desember 2020
“Yang jelas, melakukan kegiatan lain untuk merangsang ide atau sekadar merangkum yang terjadi setahun ini bisa jadi pilihan alternatif kegiatan. Salah satunya adalah meniru apa yang dilakukan orang-orang Prancis pada abad ke-19, flaneurie.” –
Juan Anthony:
Jika Agustinus Rangga Respati a.k.a Lord Gusti berpendapat bahwa Flaneur adalah kegiatan yang cocok untuk menutup tahun 2020, maka saya berpendapat artikel tersebut wajib dibaca sebelum tahun ini usai. Setelah setahun bingung sudah ngapain saja karena adanya pandemi, Flaneur benar-benar merupakan kegiatan yang pas untuk mempersiapkan diri di tahun yang baru. Artikel ini menginspirasi untuk mencari inspirasi, apalagi untuk orang-orang yang lagi dikeroyok skripsi.